Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan (bahasa Inggris:
Uses and Gratification Theory) adalah salah satu teori komunikasi dimana
titik-berat penelitian dilakukan pada pemirsa sebagai penentu pemilihan pesan
dan media.
Pemirsa dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan,
mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk
memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu kebutuhan mereka dan bagaimana
memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan
dan individu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau
tidak menggunakan media dan memilih cara lain.
Latar belakang
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan menggunakan
pendekatan dengan fokus “mengapa sekelompok orang memilih untuk menggunakan
media tertentu dibandingkan kandungan isi yang ditawarkan”.
Pendekatan ini secara kontras membandingkan efek dari media
dan bukan ‘apa yang media lakukan pada pemirsanya’ (yang menitik beratkan
kepada kehomogenan pemirsa dalam komunikasi masa dan melihat media sebagai
jarum hipodermik).
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan dapat dilihat
sebagai kecenderungan yang lebih luas oleh peneliti media yang membuka ruang
untuk umpan balik dan penerjemahan prilaku yang lebih beragam [1]. Namun beberapa komentar berargumentasi bahwa pemenuhan
kepuasan seharusnya dapat dilihat sebagai efek, contohnya film horror secara
umum menghasilkan respon yang sama pada pemirsanya, lagipula banyak orang
sebenarnya telah menghabiskan waktu di depan TV lebih banyak daripada yang
mereka rencanakan. Menonton TV sendiri telah membentuk opini apa yang
dibutuhkan pemirsa dan membentuk harapan-harapan.
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan pada awalnya muncul
ditahun 1940 dan mengalami kemunculan kembali dan penguatan di tahun 1970an dan
1980an. Para teoritis pendukung Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan
berargumentasi bahwa kebutuhan manusialah yang mempengaruhi bagaimana mereka
menggunakan dan merespon saluran media. Zillman sebagaimana dikutip McQuail
telah menunjukkan pengaruh mood seseorang saat memilih media yang akan ia
gunakan, pada saat seseorang merasa bosan maka ia akan memilih isi yang lebih
menarik dan menegangkan dan pada saat seseorang merasa tertekan ia akan memilih
isi yang lebih menenangkan dan ringan. Program TV yang sama bisa jadi berbeda
saat harus kepuasan pada kebutuhan yang berbeda untuk individu yang berbeda.
Kebutuhan yang berbeda diasosiasikan dengan kepribadian seseorang, tahap-tahap
kedewasaannya, latar belakang, dan peranan sosialnya. Sebagai contoh menurut
Judith van Evra anak-anak secara khusu lebih menyukai untuk menonton TV untuk
mencari informasi dan disaat yang sama lebih mudah dipengaruhi [2].
Empat area interaksi kepuasan antara
media dan individu
McQuail,Blumler, dan Browmn
menggunakan model teori penggunaan dan pemenuhan kepuasan pada tahun 1972[3] untuk menekankan empat area kepuasan pada media cetak yang didapatkan oleh penggunanya, yaitu:
- Fungsi pengawasan (surveillance),
penyediaan informasi tentang lingkungan.
Kritik akan teori ini
Pada derajat tertentu laporan penggunaan media oleh para
pemirsanya memiliki keterbatasan-keterbatasan. Banyak orang tidak benar-benar
tahu alasan mengapa mereka memilih media atau saluran tertentu, contohnya
anak-anak hanya tahu bahwa mereka menghindari menonton saluran yang menayangkan
bincang-bincang orang dewasa, atau film berbahasa asing karena mereka tidak
mengerti, tetapi anak-anak tersebut tidak benar-benar sadar mereka berakhir di
saluran mana.
Walaupun teori ini menekankan pemilihan media oleh para
pemirsanya, namun ada penelitian-penelitian lain yang mengungkapkan bahwa
penggunaan media sebenarnya terkait dengan kebiasaan, ritual, dan tidak
benar-benar diseleksi [4]. Teori ini mengesampingkan kemungkinan bahwa media bisa
jadi memiliki pengaruh yang tidak disadari pada kehidupan pemirsanya dan
mendikte bagaimana seharusnya dunia dilihat dari kacamata para perancang
kandungan isi dalam media.
Sebagai contoh saat anak-anak pulang sekolah, sudah menjadi
kebiasaannya untuk mengambil makan siang dan duduk dikursi sembari menyetel TV.
Tidak ada alasan yang benar-benar nyata mengapa ia menyetel TV dan bukannya
membaca majalah atau koran, hanya kebiasaan, atau justru sebaliknya, bagi orang
dewasa mungkin ia langsung membaca koran dan bukannya menyetel TV saat meminum
kopinya dipagi hari. Pada banyak hal kejadian ini merupakan kejadian alamiah
sehari-hari dan tidak dilakukan secara sadar. Walaupun begitu menonton TV dapat
juga menjadi pengalaman seni dan menggugah motivasi seseorang untuk melakukan
sesuatu.
Namun sebuah teori yang menyatakan bahwa pemirsa media
sebenarnya hanya menggunakan media untuk menyalurkan pemenuhan akan kepuasannya
sejujurnya tidak secara penuh dapat menilai kekuatan media dalam lingkup sosial
di masa kini. Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan dapat dikatakan tidak
sempurna saat digunakan untuk menilai media yang telah digunakan secara ritual
(kebiasaan). Namun teori ini tetap tepat untuk digunakan untuk menilai hal-hal
spesifik tertentu yang menyangkut pemilihan pribadi saat menggunakan media.
Relevansi Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan memiliki relevansi
tinggi saat digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut: [5]
1.
Pemilihan musik sesuai selera. Saat
memilih musik kita tidak hanya mengandalkan mood tertentu, namun juga berusaha
untuk menunjukkan jati diri dan kesadaran sosial lainnya. Banyak jenis musik
yang dapat dipilih dan pilihan kita menunjukkan kebutuhan tertentu yang
spesifik.
2.
Penerimaan akan media-media baru
(seperti internet) dan penggunaan media-media lama , bahkan dengan adanya media
baru pengganti. Inovasi diadopsi saat media baru pengganti memiliki dan dapat
menggantikan fungsi-fungsi media lama tradisional. Contohnya alat komunikasi
pager yang tergantikan dengan telepon selular. Atau media TV yang tetap tidak
tergantikan oleh telepon selular walaupun telepon selular kini dapat berfungsi
seperti TV. Di lain pihak pengguna lama mulai menggunakan internet dan terpaksa
mempelajarinya saat ada informasi-informasi yang disalurkan hanya dapat dilihat
melalui internet. Contohnya seperti detik.com saat kerusuhan 1998. Koran jelas
kurang cepat dan TV terlalu seragam penayangannya, sementara detik.com
menawarkan berita yang lebih spesifik, dituangkan tertulis dan dapat diulang.
Referensi
- McQuail, Denis (1987): Mass
Communication Theory: An Introduction (2nd edn). London: Sage
- Evra, Judith van (1990): Television
and Child Development. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum
- McQuail, D., Blumler, J. G.,
& Browmn, J. (1972). The television audience: A revised perspective.
In D. McQuail (Ed.), Sociology of Mass Communication (pp. 135-65).
Middlesex, England: Penguin.
- Situs UKY
- Situs Universitas Twente Nederland: Pendekatan Teori Penggunaan dan
Pemenuhan Kepuasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar