حديث عبد الله
بن عمر رضي الله عنه انّ النبي صلى الله عليه وسلم، قال: كلكم راع
وكلكم مسؤل عن رعيته فالأمير الذي على
النّاس راع وهو مسؤل عنهم والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي مسؤلة عنهم
والعبد راع على مال سيّده وهو مسؤل عنه. ألا فكلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته .
(أخرجه البخارى فى كتاب العتق باب كراهية التطاول على الرفيق).
Artinya:
"Abdidlah bin Umar r.a. her kata bahwa Rasulullah SAW.
telah bersabda, "Kalian semuanya adalah pemimpin (pemelihara) dan
bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan ditanya tentang rakyat yang
dipimpinnya. Suami pemimpin keluarganya dan akan ditanya tentang keluarga yang
dipimpinnya. Istri memelihara rumah suami dan anak-anaknya dan akan ditanya
tentang hal yang dipimpinnya. Seorang hamba (buruh) memelihara harta milik majikannya
dan akan ditanya tentang pemeliharaannya. Camkanlah bahwa kalian semua pemimpin
dan akan dituntut (diminta pertanggungjawaban) tentang hal yang dipimpinnya.
"
(Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab
"Budak", Bab: "Dibencinya memperpanjang perbudakan."}
o
Penjelasan isi hadits
Hadis di atas sangat jelas menerangkan tentang kepemimpinan
setiap orangmuslim dalam berbagai posisi dan tingkatannya. Mulai dari tingkatan pemimpin
rakyat sampai tingkatan penggembala, bahkan sampai tingkatan memimpin diri
sendiri. Semua orang pasti mermiliki tanggung jawab dan akan dimintai
perlanggungjawabannya oleh Allah SWT atas kepemimpinannya kelak di akhirat.
dengan demikian, setiap orang Islam harus berusaha untuk
menjadi pemimpin vang paling baik dan
segala tindakannya tanpa didasari kepentingan pribadi atau kepentingan golongan tertentu
akan tetapi, pemimipn yang adil dan betul-betul memperhatikan dan berbuat sesuai
dengan aspirasi rakyatnya, sebagaimana diperintahkan oleh AUah S WT. dalam
Al-Quran:
ü ¨bÎ) ©!$# ããBù't ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur
Artinya: ”sesungguhnya
Allah menyuruh kammmu berlaku adil dan berbuat baik” ( Q.S. An-Nahl: 90)
ü (#þqäÜÅ¡ø%r&ur ( ¨bÎ) ©!$# =Ïtä úüÏÜÅ¡ø)ßJø9$# ÇÒÈ
Artinya:
"Berlaku adillah kamu. Sungguh Allah menyukai orang yang adil. "
(Q.S.
Al-Hujurat: 9)
Ayat di atas jelas sekali memerinlahkan untuk berbuat adil
kepada setiap pemimpin apa saja dan di mana saja. Seorang raja misalnya, harus
berusaha untuk berbuat seadil-adilnya dan sebijaksana mungkin sesuai dengan
perintah Allah SWT. dalam memimpin rakyatnya sehingga rakyatnya hidup
sejahtera.
Sebaliknya, apabila raja beriaku semena-mena, selalu
bertindak sesuai kemauannya, bukan didasarkan peraturan yang ada. rakyat akan
sengsara. Dengan kata lain, pemimpin harus menciptakan keharmonisan antara
dirinya dengan rakyatnya sehingga ada timbal balik di antara keduanya. Itulah
pemimpin paling baik sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang berbunyi:
وَعَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ الله
عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ:
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِيْ تُحِبُّوْ نَهُمْ وَيُحِبُّوْنَكُمْ وَتُصَلُّوْنَ
عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّوْنَ عَلَيْكُمْ وَشَرَارُأَئَمَّتِكُمُ الَّذِيْنَ
تَبْغُوْنَهُمْ وَيَبْغُوْنَكُمْ وَتُلْعِنُوْنَكُمْ. قَالَ: قُلْنَا: يَارَسُوْلَ
اللهِ, أَفَلاَنُنَابِذُهُمْ؟ قَالَ: لاَ، مَاأَقَامُوْا فِيْكُمُ الصَّلاَةَ
Artinya:
"Auf bin Malik r.a., berkata, 'Saya telah
mendengar Rasulullah SAW. bersabda, Sebaik-baiknya pemimpinmu ialah yang kamu
cintai dan cinta padamu, dan kamu doakan dan mereka mendoakanmu. Dan
sejahat-jahatnya pemimpinmu ialah yang kamu beci dan mereka pun membenci kamu,
dan kamu kutuk dan mereka mengutuk kamu. " Sahabat bertanya,
"Bolehkah kami menentang (melawan mereka)?" Beliau menjawab,
"Tidak selama mereka tetap menegakkan shalat. " (H.R. Muslim)
Begitu pula para suami, isteri, penggembala dan siapa saja
yang memilikitanggungjawab dalam memimpin harus berusaha untuk berlaku adil
dalam kepemimpinannya sehingga ia mendapat kemuliaan sebagaimanajanji Allah
SWT. yang disebutkan dalam salah satu hadis Nabi Muhammad SAW. bahwa para
pemimpin seperti itu (yang adil) termasuk salah satu golongan dari tujuh
golongan yang akan memperoleh naungan, kecuali Arasy di hari kiamat, yakni pada
hari yang tidak ada naungan kecuali atas izin Allah SWT.
Dengan demikian, kebahagiaan dan pahala yang besar menunggu
para pemimpin yang adil, baik di dunia dan terutama kelak di akhirat, sebagaimana
dinyatakan dalam sebuah hadits:
وَعَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرِوبْنِ
الْعَاصِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ
وَسَلَّمِ:إِنَّ الْمُقْسِطِيْنَ عَنْدَ اللهِ عَلَى مَنَابِرَمِنْ
نُوْرٍاَلَّذِيْنَ يَعْدِلُوْنَ فِ حُكْمِهِمْ فِى أَهْلِهِمْ وَمَا وَلَّوْا.
Artinya:
Abdullah Ibn Al-Amru Al-Ash berkata, Rasulullah SAW.
bersabda, "Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak di sisi Allah
ditempatkan di atas mimbar dari cahaya, yaitu mereka yang adil dalam hukum
terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) mereka. " (H.R. Muslim)
Sebaliknya, para pemimpin yang tidak adil akan memperoleh
kehancuran dan ketidaktertiban di dunia dan baginya siksa yang berat di akhirat
kelak, apabila di dunia, ia Input dari siksaan-Nya.
Ø Setiap muslim adalah pemimpin (LM: 12000)
حَدِيْثُ مَعْقَلِ بْنِ يَسَارٍعَنِ
الْحَسَنِ أَنَّ عُبَيْدَ اللهِ بْنَ زِيَادٍعَادَ عَادَمَعْقَلَ بْنَ يَسَارٍفِ
مَرَضِهِ الَّذِيْ مَاتَ فِيْهِ، فَقَالَ لَهُ مَعْقَلُ: إِنِّى مُحَدِّثُكَ
حَدِيْثًاسَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَامِنْ
عَبْدٍاسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً فَلَمْ يَحُطْهَابَنَصِيْحَةٍ اِلاَّلَمْ
يَجِدْ رَاتِحَةَ الجَنَّةِ.
Artinya:
"Al-Hasan berkata, Ubaidiliah bi?i Ziyad menjenguk Ma
'qal bin • Yasar r.a. ketika ia sakit yang menyehabkan kematiannya, maka Ma'qal
berkata kepada Ubaidiliah bin Ziyaad, "Aku akan menyampaikan kepadamu
sebuah hadis yang telah aku dengar dari Rasulullah SAW., aku telah mendengar
Nabi SAW. bersabda, "Tiada seorang hamba yang diberi amanat rakyat oleh
Allah lalu ia tidak memeliharanya dengan baik, melainkan Allah tidak akan
merasakan padanya harumnya surga (melainkan tidak mendapat ban surga). "
(Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab
"Hukum-Hukum," bab: "Orang yang diberi amanat
kepemimpinan")
o
Penjelasan isi
hadits
Dalam pandangan Islam, seorang
pemimpin adalah orang yang diberi amanat oleh Allah SWT. untuk memimpin rakyat,
yang di akhirat kelak akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. sebagaimana
telah dijelaskan di atas. Dengan demikian,
meskipun seorang pemimpin dapat meloloskan diri dari tuntutan rakyatnya, karena
ketidakadilannya, misalkan, ia tidak akan mampu meloloskan diri dari tuntutan
Allah SWT kelak di akhirat.
Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaknya jangan
menganggap dirinya sebagai manusia super yang bebas berbuat dan memerintah apa
saja kepada rakyatnya. Akan tetapi, sebaliknya, ia harus berusaha memosisikan
dirinya sebagai pelayan dan pengayom masyarakat, sebagaimana firman-Nya dalam
Al-Quran:
ôÙÏÿ÷z$#ur y7yn$uZy_ Ç`yJÏ9 y7yèt7¨?$# z`ÏB úüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËÊÎÈ
Artinya:
"Rendahkanlah
sikapmu terhadap pengikutmu
dari kaum mukminin. " (Q.S.Asy-Syu'ara:215)
Dalam sebuah hadis yang diterima dari Siti Aisyah dan diriwayatkan
oleh Imam Muslim, Nabi SAW. pernah berdoa, "Ya Allah, siapayang
menguasai sesuatu dari urusan umatku lalu mempersulit mereka, maka persulitlah
baginya. Dan siapa yang mengurusi umatku dan berlemah lembut pada mereka, maka
permudahlah baginya.
Hal itu menunjukkan bahwa Allah dan Rasul-Nya sangat peduli
terhadap hambanya agar terjaga dari kezaliman para pemimpin yang kejam dan
tidak bertanggung jawab. Pemerintah yang kejam dikategorikan sebagai
sejahat-jahatnya pemerintah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:
وَعَنْ عَائِدبْنِ عَمْرٍورَضِيَ اللهُ
عَنْهُ أَ نَّهُ دَخَلَ عَلَى عُبَيْدِ اللهِ بْنِ زِيَادٍقَالَـ: يَاُبَنِيَّ إِنىِّ سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ ص.م. يَقُوْلُ: إِنَّ شَرَّالرُّعَاءِ الْحُطَمَةُ، فَإِيَّاكَ
أَنْ لاَتَكُوْنَ مِنْهُمْ.
Artinya:
"A'idz bin Amru r.a. ketika memasuki rumah Ubaidillah
bin Ziyad, ia berkata, Hai anakku saya telah mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya
sejahat-ja/ialnya pemerintahan yaitu yang kejam, maka janganlah kau tergolong
dari mereka. " (H.R. Bukhari dan Muslim)
Pemimpin zalim yang tidak mau mengayomi dan melayani
rakyatnya diancam tidak akan pernah mencium harumnya surga apalagi memasukinya,
sebagaimana disebutkan pada hadis di atas.
Oleh karena itu, agar kaum muslim terhindar dari pemimpin
yang zalim, berhati-hatilah dalam memilih seorang pemimpin. Pemilihan pemimpin
harus betul-betul didasarkan pada kualitas, integritas, loyalitas, dan yang
paling penting adalah perilaku keagamaannya. Jangan memilih mereka karena
didasarkan rasa emosional, baik karena ras, suku bangsa ataupun keturunan
karena jika mereka tidak dapat memimpin, rakyatlah yang akan merasakan
kerugiannya.
Menurut M.Qurais Shihab, dari celah ayat-ayat Al-Quran
ditemukan sedikitnya dua pokok sifat yang harus disandang oleh seseorang yang
memikul suatu jabatan yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat. Kedua hal
tersebut harus diperhatikan dalam menentukan seorang pemimpin. Salah satu ayat
yang menerangkan tentang hal itu adalali ungkapan putri Nabi Syu'aib yang
dibenarkan dan diabadikan dalam Al-Quran:
cÎ) uöyz Ç`tB |Nöyfø«tGó$# Èqs)ø9$# ßûüÏBF{$#
ÇËÏÈ
Artinya:
"Sesungguhnya orang yang paling baik engkau tugaskan
adalah yang kuat lagi dipercaya. " (Q.S.
Al-Qashash: 26)
Begitu pula Al-Quran mengabadikan alasan pengangkatan Yusuf
sebagai kepala badan logistik sebagaimana dinyatakan dalam ayat:
tA$s% y7¨RÎ) tPöquø9$# $uZ÷t$s! îûüÅ3tB ×ûüÏBr& ÇÎÍÈ
Artinya:
'Sesungguhnya engkait menurut penilaian kami adalah seorang
yang kuat lagi terpercaya. " (Q.S.
Yusuf: 54).
Kedua kriteria itu yang menjadi landasan utama ketika Abu Dakar r.a. menunjuk Zaid
bin Tsabit sebagai ketua panitia pengumpulan Mushaf. Alasannya antara lain
tersirat dalam ungkapannya, "Engkau seorang pemuda (kuat lagi bersemangat)
dan telah dipercaya oleh Rasulullah SAW. untuk menulis wahyu. Bahkan Allah SWT.
pun memilih Jibril sebagai pembawa wahyu-Nya, antara lain, karena malaikat
Jibril memiliki sifat kuat dan terpercaya. (Q.S. 82; 19-21).
Pemimpin yang memiliki dua sifat tersebut, sangat kecil
kemungkinan untuk berbuat zalim. la selalu berbuat dan bertindak sesuai dengan
aspirasi rakyat.
Ø
Batas ketaatan
kepada pemimpin (LM: 1205, 1206)
![]() |

Artinya:
1.
Hadis dan Abdullah
bin Urnar bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Seorang muslim wajib mendengar,
taat pada pemerintahnya dalam apa yang disetujui ataupun tidak setujU; kecuali
jika diperintah berbuat maksiat, maka tidak wajib mendengar dan tidak wajib
taat. " (H.R. Muslim)
(Dikeluarkan
oleh Imam Al-Bukhari, dalam (93) kitab: "Al-Ahkam," (4) bab: "Mendengarkan'dan
menaali pemimpin selagi tidak memerintahkan untuk berbuat dosa."}
2. Ali r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW. mengirim pasukan dan
menyerahkan kepemimpinannya kepada seorang sahabat Anshar. Tiba-tiba ia marah
kepada anak buahnya dan berkata, "Tidakkah Nabi SAW. telah menyuruh kalian
untuk taat kepadaku?" Jawab mereka, "Benar. " Kini saya
perintahkan kalian untuk mengumpulkan kayu dan menyalakan api dan kemudian
masuk ke dalamnya. " Maka mereka mengumpulkan kayu dan menyalakan api.
Ketika akan masuk ke dalam api. satu sama lain pandang-memandang dan berkata,
"Kami mengikuti Nabi SAW. hanya karena takut dari api, apakah kami akan
memasukinya? " Kemudian tidak lama padamlah api dan redalah kemarahan
pimpinannya itu. Kejadian itu diberitakan kepada Nabi SAW., maka sabda Nabi
SAW., "Andaikan mereka masuk api itu niscaya tidak akan keluar selamanya.
Sesungguhnya wajib taat (kepada pemimpin) hanya dalam kebaikan. " (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam (93) kitab:
"Al-Ahkam." (4) bab: "Mendengarkan dan menaati Pemimpin
selagi tidak memerintahkan untuk berbuat dosa")
o
Penjelasan isi
hadits
Kedudukan seorang pemimpin sangat tinggi dalam agama Islam,
sehingga ketaatan kepada mereka pun disejajarkan dengan ketaatan kepada Allah
dan Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqß§9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB (
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada
Allah dan taatlah kepada Rasulullah, dan yang memegang pemerintahan dari
kamu." (Q.S. An-Nisa: 59)
Sesuai
dengan ayat di atas, Rasulullah SAW. bersabda:
![]() |
Artinya: "Abu
Hurairah r-.a. berkata, Rasulullah SAW. telah bersabda, 'Barang siapa yang taat
kepadaku, berarti taat kepada Allah, dan barang siapa yang melanggar padaku
berarti melanggar kepada Allah. Dan siapa yang taat pada pimpinan berarti taat
kepadaku, dan siapa yang maksiat kepada pimpinan berarti maksiat padaku. "
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Hal itu menunjukkan bahwa seorang pemimpin hams ditaati
walaupun seorang budak hitam umpamanya. Segala perintah dan perkataannya harus ditaati
oleh semua bawahannya, sebagaimana dinyatakan dalam hadis:
![]() |
Artinya:
“Anas r.a berkata, Rasulullah SAW. lelah bersabda, "Dengarlah dan
taatilah meskipun yang (erangkat dalam pemerintahanmu adalah seorang budak
Habasyiah yang kepalanya bagaikan kismis." (H.R. Bukhari)
Namun demikian, bukan berarti ketaatan yang tanpa batas
karena kewajiban taat kepada seorang pemimpin hanyalah dalam hal-hal yang tidak
berhubungan dengan kemaksiatan (dosa), sebagaimana dijelaskan dalam hadis
pertama. Apabila pemimpin memerintahkan bawahannya untuk berbuat dosa, perintah
itu tidaklah wajib ditaati, bahkan bawahannya harus mengingatkannya.
Dalam kehidupan nyata, tidak jarang terdapat seorang
pemimpin menyalahgunakan kekuasaan guna mencapai keinginan dan kepuasan
hawanafsunya. Tidak jarang pula, untuk menggapai cita-citanyatersebut, dia
memerintahkan kepada para bawahannya (rakyatnya) untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang sebenarnya dilarang oleh agama. Terhadap perintah demikian,
Islam melarang untuk menaatinya.
Dalam hadis lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW. pernah
memerintahkan seorang bekas budak untuk menggunakan kulit kambing yang telah
mati, tetapi budak tersebut tidak menuruti perintah Rasulullah SAW. la beranggapan
bahwa menggunakan kulit kambing adalah haram sebagaimana diharamkan memakannya.
Nabi kemudian menjelaskan kepadanya bahwa mempergunakan kulit binatang yang
mati tidak diharamkan.
Sikap,bekas budak tersebut menunjukkan bahwa ia tidak mau
taat kepada pemimpin sekalipun kepada Rasulullah SAW., kalau ia menganggap
bahwa perintah tersebut untuk melakukan perbuatan maksiat. Ia menganggap bahwa
Rasulullah memerintahkannya untuk berbuat maksiat dengan menyuruhnya
mempergunakan kulit kambing yang mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar