RUMAH KELUARGA BAHAGIA

Sabtu, 04 Maret 2017

TENTANG KEADILAN TUHAN, PERBUATAN-PERBUATAN TUHAN, SIFAT-SIFAT TUHAN by Catatan Kuliah Lucky


KEADILAN TUHAN
Paham keadilan Tuhan banyak tergantung pada paham kebebasan manusia dan paham sebaliknya, yaitu kekuasaan mutlak Tuhan.
Kaum Mu’tazilah karena percaya kepada kekuatan akal, dan kemerdekaan serta kebebasan manusia, mempunya tendesi untuk meninjau wujud ini dari rasio dan kepentingan manusia. Kemudain kaum Mu’tazilah berkeyakinan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk tertinggi, dan oleh karena itu mereka mempunyai kecenderungan untuk melihat segala-galanya dari sudut kepentingan manusia. 
  Kaum Asy’ariah, karena percaya pada mutlaknya kekuasan Tuhan, mempunyai tendesi yang sebaliknya. Mereka menolak paham Mu’tazilah bahwa Tuhan mempunyai tujuan dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Bagi mereka perbuatan-perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan, tujuan yang berarti sebab yang mendorong Tuhan untuk berbuat sesuatu.
Dalam hal ini, kaum Maturidiah golongan Bukhara mempunyai sikap yang sama dengan kaum Asy’ariah. Sedangkan kaum Maturidiah golongan samarkand, karena menganut paham free will dan free act, serta adanya batasan bagi kekuasaan mutlak Tuhan, dalam hal ini posisi yang lebih dekat kepada kaum Mu’tazilah daripada kaum Asy’ariah. Tetapi tendesi golongan ini untuk meninjau wuju dari sudut kepentingan lebih kecil dari tendesi kaum Mu’tazilah.


PERBUATAN-PERBUATAN TUHAN
  1. Kewajiban-kewajiban Tuhan kepada manusia
Sebagaimana dilihat dari uraian tentang kekuasaan mutlak dan keadilan Tuhan, kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap manusia. Kewajiban itu dapat disimpulkan dalam satu kewajiban, yaitu kewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia.
Bagi kaum Asy’ariah, paham Tuhan mempunyai kewajiban tidak dapat diterima, karena hal itu bertentangan dengan paham kekuasan dan kehendak mutlak Tuhan yang mereka anut. Sedangkan kaum Maturidiah golongan Bukhara sepaham dengan kaum Asy’ariah tentang tiak adanya kewajiban-kewajiban bagi Tuhan.
  1. Berbuat baik dan terbaik
Berbuat baik dan terbaik bagi manusia dalam bahasa Arab disebut al-salah wa al-aslah. Yang dimaksud di sini ialah kewajiban Tuhan berbuat baik bahkan yang terbaik bagi manusia. Hal ini memang merupakan salah satu keyakinan yang penting bagi kaum Mu’tazilah.
      Bagi kaum Asy’ariah beserta kedua dari golongan Maturidiah tidak sepaham dengan kaum Mu’tazilah dalam hal ini.
  1. Beban di luar kemampuan manusia
Memberi beban di luar kemampuan manusia adalah bertentangan dengan paham berbuat baik dan terbaik. Oleh karena itu kaum Mu’tazilah tidak dapat menerima paham bahwa Tuhan dapat memberikan kepada manusia beban yang tidak dapat dipikul.
Kaum Asy’ariah karena percaya kepada kekuasaan mutlak Tuhan dan berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-apa, dapat menrima paham pemberian beban yang di luar kemampuan manusia ini.
Kaum Maturidiah golongan Bukhara sependapat dengan kaum Asy’ariah dalam soal kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Sedangkan dari golongan Samarkand mengambil posisi yang dekat dengan kaum kaum Mu’tazilah.
  1. Pengiriman Rasul-rasul
Bagi kaum Mu’tazilah pengiriman Rasul-rasul sebenarnya tidak begitu penting. Sebagaimana telah dilihat dalam pembahasan-pembahasan tentang wahyu. Tapi bagi kaum Asy’ariah, pengiriman rasul-rasul dalam teologi mereka mempunyai arti penting menolak sifat wajibnyapengiriman demikain, karena hal itu bertentangan dengan keyakinan mereka bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-apa terhadap manusia.
Adapun tentang pendapat golongan Bukhara sepaham dengan kaum Asy’ariah, sedangkan golongan Samarkand sepaham dengan kaum Mu’tazilah.
  1. Janji dan ancaman
Bagi kaum Mu’tazilah janji dan menjalankan ancaman adalah wajib bagi Tuhan. Sedangkan bagi kaum Asy’ariah Tuhan tidak mempunyai kewajiban menepati janji dan menjalankan ancaman yang tersebut dalam al-Qur’an dan Hadits.
Kaum Maturidiah golongan Bukhara dalam hal ini berpendapat bahwa “tidak mungkin Tuhan melanggar janji­-Nya untuk memberi upah kepada orang yang berbuat baik, tetapi sebaliknya buka tidak mungkin Tuhan membatalkan ancaman untuk memberi hukuman kepada orang yang jahat. Sedangkan golongan Samarkand dalam hal ini mempunyai pendapat yang sama dengan kaum Mu’tazilah.


SIFAT-SIFAT TUHAN
·       Sifat Tuhan pada umumnya
            Bagi kaum Mu’tazilah, berpenapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, sedangkan kaum Asy’ariah dan golongan Bukhara berpendapat dan mengakui bahwa Tuhan mempunyai sifat.
            Golongan Samarkand dalam hal ini kelihatannya tidak sepaham dengan kaum Mu’tazilah karena al-Maturidi mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan tetapi pula tidak lain dari Tuhan.
·       Anthropomorphisme
Karena Tuhan bersifat immateri, tidaklah dapat dikatakan bahwa Tuhan mepunyai sifat-sifat jasmani. Kaum Mu’tazilah yang berpegang pada kekuatan akal, menganut paham ini. Sedangkan bagi kaum Asy’ariah tidak menerima anthropomorphisme dalam arti bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani yang sama dengan sifat-sifat jasmani manusia.
Dalam hal ini Maturidiah golongan Bukhara tidak sepaham dengan kaum Asy’ariah.
·       Melihat Tuhan
Logika mengatakan bahwa Tuhan, karena bersifat immateri, tidak dapat dilihat dengan mata kepala. Sedangkan bagi kaum Asy’ariah, sebaliknya, berpendapat bahwa Tuhan akan dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepala di akhirat nanti.
Kaum Maturidiah dengan kedua golongannya sepaham dalam hal ini dengan kaum Asy’ariah.
·       Sabda Tuhan
Kaum Mu’tazilah menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa sabda bukanlah sifat tetapi perbuatan Tuhan. Sedangkan kaum Asy’ariah berpegang keras bahwa sabda adalah sifat, dan sebagai sifat Tuhan mestilah kekal.
Kaum Maturidiah dengan kedua golongannya sependapat dengan kaum Asy’ariah bahwa sabda Tuhan atau al-Qur’an adalah kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar