KEADILAN TUHAN
Paham keadilan
Tuhan banyak tergantung pada paham kebebasan manusia dan paham sebaliknya,
yaitu kekuasaan mutlak Tuhan.
Kaum
Mu’tazilah karena percaya kepada kekuatan akal, dan kemerdekaan serta kebebasan
manusia, mempunya tendesi untuk meninjau wujud ini dari rasio dan kepentingan
manusia. Kemudain kaum Mu’tazilah berkeyakinan bahwa manusia diciptakan sebagai
makhluk tertinggi, dan oleh karena itu mereka mempunyai kecenderungan untuk
melihat segala-galanya dari sudut kepentingan manusia.
Kaum Asy’ariah, karena percaya pada mutlaknya
kekuasan Tuhan, mempunyai tendesi yang sebaliknya. Mereka menolak paham
Mu’tazilah bahwa Tuhan mempunyai tujuan dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Bagi
mereka perbuatan-perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan, tujuan yang berarti
sebab yang mendorong Tuhan untuk berbuat sesuatu.
Dalam hal ini,
kaum Maturidiah golongan Bukhara mempunyai sikap yang sama dengan kaum
Asy’ariah. Sedangkan kaum Maturidiah golongan samarkand, karena menganut paham free
will dan free act, serta adanya batasan bagi kekuasaan mutlak Tuhan,
dalam hal ini posisi yang lebih dekat kepada kaum Mu’tazilah daripada kaum
Asy’ariah. Tetapi tendesi golongan ini untuk meninjau wuju dari sudut
kepentingan lebih kecil dari tendesi kaum Mu’tazilah.
PERBUATAN-PERBUATAN TUHAN
- Kewajiban-kewajiban Tuhan kepada manusia
Sebagaimana
dilihat dari uraian tentang kekuasaan mutlak dan keadilan Tuhan, kaum
Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap
manusia. Kewajiban itu dapat disimpulkan dalam satu kewajiban, yaitu kewajiban
berbuat baik dan terbaik bagi manusia.
Bagi kaum Asy’ariah, paham Tuhan mempunyai kewajiban tidak dapat
diterima, karena hal itu bertentangan dengan paham kekuasan dan kehendak mutlak
Tuhan yang mereka anut. Sedangkan kaum Maturidiah golongan Bukhara sepaham
dengan kaum Asy’ariah tentang tiak adanya kewajiban-kewajiban bagi Tuhan.
- Berbuat baik dan terbaik
Berbuat baik
dan terbaik bagi manusia dalam bahasa Arab disebut al-salah wa al-aslah. Yang
dimaksud di sini ialah kewajiban Tuhan berbuat baik bahkan yang terbaik bagi
manusia. Hal ini memang merupakan salah satu keyakinan yang penting bagi kaum
Mu’tazilah.
Bagi kaum Asy’ariah beserta kedua dari
golongan Maturidiah tidak sepaham dengan kaum Mu’tazilah dalam hal ini.
- Beban di luar kemampuan manusia
Memberi beban di luar kemampuan manusia adalah bertentangan dengan
paham berbuat baik dan terbaik. Oleh karena itu kaum Mu’tazilah tidak dapat
menerima paham bahwa Tuhan dapat memberikan kepada manusia beban yang tidak
dapat dipikul.
Kaum Asy’ariah karena percaya kepada kekuasaan mutlak Tuhan dan
berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-apa, dapat menrima paham
pemberian beban yang di luar kemampuan manusia ini.
Kaum Maturidiah golongan Bukhara sependapat dengan kaum Asy’ariah dalam
soal kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Sedangkan dari golongan Samarkand
mengambil posisi yang dekat dengan kaum kaum Mu’tazilah.
- Pengiriman Rasul-rasul
Bagi kaum
Mu’tazilah pengiriman Rasul-rasul sebenarnya tidak begitu penting. Sebagaimana
telah dilihat dalam pembahasan-pembahasan tentang wahyu. Tapi bagi kaum
Asy’ariah, pengiriman rasul-rasul dalam teologi mereka mempunyai arti penting
menolak sifat wajibnyapengiriman demikain, karena hal itu bertentangan dengan keyakinan
mereka bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-apa terhadap manusia.
Adapun tentang
pendapat golongan Bukhara sepaham dengan kaum Asy’ariah, sedangkan golongan
Samarkand sepaham dengan kaum Mu’tazilah.
- Janji dan ancaman
Bagi kaum Mu’tazilah
janji dan menjalankan ancaman adalah wajib bagi Tuhan. Sedangkan bagi kaum
Asy’ariah Tuhan tidak mempunyai kewajiban menepati janji dan menjalankan
ancaman yang tersebut dalam al-Qur’an dan Hadits.
Kaum
Maturidiah golongan Bukhara dalam hal ini berpendapat bahwa “tidak mungkin
Tuhan melanggar janji-Nya untuk memberi upah kepada orang yang berbuat baik,
tetapi sebaliknya buka tidak mungkin Tuhan membatalkan ancaman untuk memberi
hukuman kepada orang yang jahat. Sedangkan golongan Samarkand dalam hal ini
mempunyai pendapat yang sama dengan kaum Mu’tazilah.
SIFAT-SIFAT TUHAN
·
Sifat Tuhan pada umumnya
Bagi
kaum Mu’tazilah, berpenapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, sedangkan kaum
Asy’ariah dan golongan Bukhara berpendapat dan mengakui bahwa Tuhan mempunyai
sifat.
Golongan
Samarkand dalam hal ini kelihatannya tidak sepaham dengan kaum Mu’tazilah
karena al-Maturidi mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan tetapi pula tidak lain
dari Tuhan.
·
Anthropomorphisme
Karena Tuhan
bersifat immateri, tidaklah dapat dikatakan bahwa Tuhan mepunyai sifat-sifat
jasmani. Kaum Mu’tazilah yang berpegang pada kekuatan akal, menganut paham ini.
Sedangkan bagi kaum Asy’ariah tidak menerima anthropomorphisme dalam arti bahwa
Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani yang sama dengan sifat-sifat jasmani
manusia.
Dalam hal ini
Maturidiah golongan Bukhara tidak sepaham dengan kaum Asy’ariah.
·
Melihat Tuhan
Logika
mengatakan bahwa Tuhan, karena bersifat immateri, tidak dapat dilihat dengan
mata kepala. Sedangkan bagi kaum Asy’ariah, sebaliknya, berpendapat bahwa Tuhan
akan dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepala di akhirat nanti.
Kaum
Maturidiah dengan kedua golongannya sepaham dalam hal ini dengan kaum
Asy’ariah.
·
Sabda Tuhan
Kaum
Mu’tazilah menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa sabda bukanlah
sifat tetapi perbuatan Tuhan. Sedangkan kaum Asy’ariah berpegang keras bahwa
sabda adalah sifat, dan sebagai sifat Tuhan mestilah kekal.
Kaum
Maturidiah dengan kedua golongannya sependapat dengan kaum Asy’ariah bahwa
sabda Tuhan atau al-Qur’an adalah kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar