Latar Belakang
Dilahirkan di Bukittinggi dan dibesarkan di Pekalongan,
ia tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan
yang suka membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA.
Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan
dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi
cita-cita kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tapi gagal punya usaha ternak yang dulu direncanakannya di
sebuah pulau di Selat Malaka.
Kegiatan
Semasa kuliah aktif sebgai Ketua Senat Mahasiswa FKHP-UI (1960-1961) dan WaKa Dewan Mahasiswa UI (1961-1962).
Di Bogor pernah jadi guru di SKP Pamekar dan SMA Regina Pacis, juga mengajar di IPB.
Karena menandatangani Manifesto Kebudayaan, gagal melanjutkan studi manajemen peternakan di Florida (1964) dan dipecat sebagai dosen di Institut
Pertanian Bogor. Ia menulis di berbagai media, jadi
wartawan, salah seorang pendiri Horison (1966), ikut mendirikan DKJ dan jadi pimpinannya, Pj. Direktur
TIM, Rektor LPKJ dan Manajer Hubungan Luar Unilever. Penerima beasiswa AFS International Scholarship, sejak 1958 aktif di AFS Indonesia, menjabat sebagai Ketua Dewan
Pembina Yayasan Bina Antarbudaya,
penyelenggara pertukaran pelajar antarbangsa yang selama 41 tahun (sejak 1957)
telah mengirim 1700 siswa ke 15 negara dan
menerima 1600 siswa asing di sini. Taufiq terpilih menjadi anggota Board of
Trustees AFSIS di New
York, 1974-1976.
Pengkategoriannya sebagai penyair Angkatan '66 oleh Hans Bague Jassin
merisaukannya, misalnya dia puas diri lantas proses penulisannya macet. Ia
menulis buku kumpulan puisi, seperti Malu
(Aku) Jadi Orang Indonesia,
Tirani dan Benteng, Tirani, Benteng, Buku
Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, Kenalkan,
Saya Hewan, Puisi-puisi Langit, Prahara Budaya:Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk, Ketika
Kata Ketika Warna, Seulawah-Antologi Sastra Aceh, dan lain-lain.
Banyak puisinya dinyanyikan Himpunan Musik Bimbo, pimpinan Samsudin
Hardjakusumah, atau sebaliknya ia menulis lirik
buat mereka dalam kerja sama. Iapun menulis lirik buat Chrisye, Yan Antono (dinyanyikan Ahmad Albar)
dan Ucok
Harahap. Menurutnya kerja sama semacam ini
penting agar jangkauan publik puisi lebih luas.
Taufiq sering membaca puisi di depan
umum. Di luar negeri, ia telah baca puisi di berbagai festival dan acara sastra
di 24 kota Asia, Australia, Amerika, Eropa, dan Afrika sejak 1970. Baginya, puisi baru ‘memperoleh tubuh yang lengkap’ jika
setelah ditulis, dibaca di depan orang. Pada April 1993 ia membaca puisi tentang Syekh Yusuf dan Tuan Guru, para
pejuang yang dibuang VOC ke Afrika Selatan
tiga abad sebelumnya, di 3 tempat di Cape Town (1993), saat apartheid
baru dibongkar. Pada Agustus 1994 membaca puisi tentang Laksamana Cheng Ho di masjid kampung kelahiran penjelajah samudra legendaris
itu di Yunan, RRC,
yang dibacakan juga terjemahan Mandarinnya oleh Chan Maw Yoh.
Bosan dengan kecenderungan puisi
Indonesia yang terlalu serius, di awal 1970-an
menggarap humor dalam puisinya. Sentuhan humor terasa terutama dalam puisi
berkabar atau narasinya. Mungkin dalam hal ini tiada teman baginya di
Indonesia. Antologi puisinya berjudul Rendez-Vous diterbitkan di Rusia dalam
terjemahan Victor Pogadaev dan dengan ilustrasi oleh Aris Aziz dari
Malaysia(Rendez-Vous. Puisi Pilihan Taufiq Ismail. Moskow: Humanitary, 2004.)
Penghargaan
Mendapat Anugerah Seni dari
Pemerintah (1970), Cultural Visit Award Pemerintah Australia (1977), South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand
(1994), Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994). Dua kali
ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat
(1971-1972 dan 1991-1992), lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993).
Bibliografi
-
Ismael, Taufiq (1995). Prahara
Budaya:kilas-balik ofensif Lekra/PKI dkk.:kumpulan dokumen pergolakan sejarah
(dalam Bahasa Bahasa Indonesia). Bandung: Mizan dan H.U. Republika, 469. ISBN 979-433-064-7.
Sumber:
-
Ismail,Taufiq. 2004. Malu (Aku)
Jadi Orang Indonesia. Jakarta:Yayasan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar