Biografi
ADAM MALIK
Karir beliau diawali sebagai wartawan
dan tokoh pergerakan kebangsaan yang dilakukannya secara autodidak. Di masa
mudanya, beliau sudah aktif ikut pergerakan nasional memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Keinginannya untuk maju dan berbakti kepada bangsa mendorong beliau
untuk pergi merantau ke Jakarta.Kemudian beliau mendirikan Kantor Berita Antara
yang kemudian menjadi Kantor Berita Nasional. Beliau mendirikan Antara bersama
Albert Manumpak, Sipahoetar, Pandoe Kartawigoena, dan Mr. Soemanang. berkantor
di JI. Pinangsia 38 Jakarta Kota. Dengan modal satu meja tulis tua, satu mesin
tulis tua, dan satu mesin roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai surat
kabar nasional. Sebelumnya, beliau sudah sering menulis antara lain di koran
Pelita Andalas dan Majalah Partindo.Pada tahun 1934-1935, beliau memimpin
Partai Indonesia (Partindo) Pematang Siantar dan Medan. Di tahun 1940-1941
menjadi anggota Dewan Pimpinan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Jakarta.
Pada 1945, menjadi anggota Pimpinan Gerakan Pemuda untuk persiapan Kemerdekaan
Indonesia di Jakarta. Di zaman penjajahan Jepang, beliau juga aktif bergerilya
dalam gerakan pemuda memperjuangkan kemerdekaan. Menjelang 17 Agustus 1945,
bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, beliau pernah membawa Bung Karno
dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat berkumpul di
lapangan Ikada, Jakarta.
Mewakili kelompok pemuda, Adam Malik
sebagai pimpinan Komite Van Aksi, terpilih sebagai Ketua III Komite Nasional
Indonesia Pusat (1945-1947) yang bertugas menyiapkan susunan pemerintahan.
Selain itu, Adam Malik adalah pendiri dan anggota Partai Rakyat, pendiri Partai
Murba, dan anggota parlemen. 1945-1946 menjadi anggota Badan Persatuan
Perjuangan di Yogyakarta. Karirnya semakin menanjak ketika menjadi Ketua II
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), sekaligus merangkap jabatan sebagai
anggota Badan Pekerja KNIP. Di tahun 1946, beliau mendirikan Partai Rakyat,
sekaligus menjadi anggotanya. 1948-1956, beliau menjadi anggota dan Dewan
Pimpinan Partai Murba. Pada tahun 1956, beliau berhasil memangku jabatan
sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) yang lahir dari hasil
pemilihan umum. Karir beliau di dunia internasional terbentuk ketika diangkat
menjadi Duta Besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk negara Uni Sovyet dan
negara Polandia. Di tahun 1962, beliau menjadi Ketua Delegasi Republik
Indonesia untuk perundingan Indonesia dengan Belanda mengenai wilayah Irian
Barat di Washington D.C, Amerika Serikat. Yang kemudian pertemuan tersebut
menghasilkan Persetujuan Pendahuluan mengenai Irian Barat. Pada bulan September
1962, beliau menjadi anggota Dewan Pengawas Lembaga di lembaga yang
didirikannya,yaitu Kantor Berita Antara. Pada tahun 1963, beliau pertama
kalinya masuk ke dalam jajaran kabinet, yaitu Kabinet yang bernama Kabinet
Kerja sebagai Menteri Perdagangan sekaligus menjabat sebagai Wakil Panglima
Operasi ke-I Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE). Pada masa semakin
menguatnya pengaruh Partai Komunis Indonesia, Adam Malik bersama Roeslan
Abdulgani dan Jenderal Nasution dianggap sebagai musuh PKI dan dicap sebagai
trio sayap kanan yang kontra-revolusi.
Ketika terjadi pergantian rezim pemerintahan
Orde Lama, posisi Adam Malik yang berseberangan dengan kelompok kiri justru
malah menguntungkannya. Tahun 1966, Adam disebut-sebut dalam trio baru
Soeharto-Sultan-Malik. Pada tahun yang sama, lewat televisi, beliau
menyatakan keluar dari Partai Murba karena pendirian Partai Murba, yang
menentang masuknya modal asing. Empat tahun kemudian, ia bergabung dengan
Golkar. Pada tahun 1964, beliau mengembang tanggung jawab sebagai Ketua
Delegasi untuk Komisi Perdagangan dan Pembangunan di PBB. Di tahun 1966, karir
beliau semakin gemilang ketika menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II
(Waperdam II) sekaligus sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia di
kabinet Dwikora II.
Karir murni beliau sebagai Menteri Luar
Negeri dimulai di kabinet Ampera I pada tahun 1966. Pada tahun 1967, beliau
kembali memangku jabatan Menteri Luar Negeri di kabinet Ampera II. Pada tahun
1968, Menteri Luar Negeri dalam kabinet Pembangunan I, dan tahun 1973 kembali
memangku jabatan sebagai Menteri Luar Negeri untuk terakhir kalinya dalam
kabinet Pembangunan II. Di tahun 1971, beliau sempat memimpin sidang umum PBB
ke-26 sebagai Ketua Sidang. Karir tertinggi beliau dicapai ketika berhasil
memangku jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang diangkat oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) di tahun 1978. Beliau merupakan Menteri Luar
Negeri RI di urutan kedua yang cukup lama dipercaya untuk memangku jabatan
tersebut setelah Dr. Soebandrio. Sebagai Menteri Luar Negeri dalam
pemerintahan Orde Baru, Adam Malik berperanan penting dalam berbagai
perundingan dengan negara-negara lain termasuk rescheduling utang Indonesia
peninggalan Orde Lama. Bersama Menteri Luar Negeri negara-negara ASEAN, Adam
Malik memelopori terbentuknya ASEAN tahun 1967.
Beberapa tahun setelah menjabat wakil
presiden, beliau merasa kurang dapat berperan banyak. Maklum, beliau seorang
yang terbiasa lincah dan aktif tiba-tiba hanya berperan sesekali meresmikan
proyek dan membuka seminar. Kemudian dalam beberapa kesempatan beliau
mengungkapkan kegalauan hatinya tentang feodalisme yang dianut pemimpin
nasional. Beliau menganalogikannya seperti tuan-tuan kebon.
Sebagai seorang diplomat, wartawan
bahkan birokrat, beliau sering mengatakan “semua bisa diatur”. Sebagai diplomat
beliau memang dikenal selalu mempunyai 1001 jawaban atas segala macam
pertanyaan dan permasalahan yang dihadapkan kepadanya. Tapi perkataan “semua
bisa diatur” itu juga sekaligus sebagai lontaran kritik bahwa di negara ini
“semua bisa di atur” dengan uang.
Setelah mengabdikan diri demi bangsa
dan negaranya, H.Adam Malik meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena
kanker lever. Kemudian, isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan
mendirikan Museum Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda
kehormatan. Atas jasa-jasa beliau, beliau dianugerahi berbagai macam
penghargaan, diantaranya adalah Bintang Mahaputera kl. IV pada tahun 1971,
Bintang Adhi Perdana kl.II pada tahun 1973, dan diangkat sebagai Pahlawan
Nasional pada tahun 1998.
Karir dalam pemerintahan
-
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PADA KABINET DWIKORA II, PERIODE 1966
-
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PADA KABINET AMPERA I, PERIODE 1966-1967
-
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PADA KABINET AMPERA II, PERIODE 1967-1968
-
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PADA KABINET PEMBANGUNAN I, PERIODE 1968-1973
-
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PADA KABINET PEMBANGUNAN II, PERIODE 1973-1978
-
TEMPAT, TANGGAL LAHIR : PEMATANG
SIANTAR, 22 Juli 1917
MASA JABATAN : 28 Maret 1966 – 29 Maret 1978
Referensi:
-
Ensiklopedi Orang-Orang Terkemuka di
Dunia
-
Ensiklopedi Tokoh Indonesia, Adam
Malik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar