Karena dalam
sistem teologi mereka manusia dipandang mempunyai daya yang besar lagi bebas,
sudah barang tentu kaum Mu’tazilah menganut paham qadariah dan free
will. Dan memang mereka disebut juga kaum Qadariah. Ada pula
keterangan-keterangan dan tulisan-tulisan para pemuka Mu’tazilah banyak
mengandung paham kebebasan dan berkuasanya manusia atas perbuatan-perbuatannya.
Dari sudah
jelas bahwa bagi kaum Mu’tazilah, daya manusialah dan bukan daya Tuhan yang
mewujudkan perbuatan manusia.
Sedangka bagi
kaum Asy’riah, di sini, karena manusia dipandang lemah, paham qadariah
tidak terdapat. Kaum Asy’riah dalam hal ini dekat dengan kaum Jabariah daripada
kepada kaum Mu’tazilah. Manusia dalam kelemahannya banyak bergantung kepada
kehendak dan kekuasaan Tuhan.
Ada perbedaan
persepsi diantara paham teologi Islam menegenai “kemuan dan daya untuk
berbuat.” Kaum Asy’riah berpenapat bahwa kemuan dan daya berbuat adalah kemauan
dan daya Tuhan dan perbuatan itu sendiri (perbuatan Tuhan bukan perbuatan
manusia). Sedangkan menurut paham al-maturidi menyebut daya yang diciptakan,
tetapi tidak ia jelaskan apakah daya itu daya manusia, sepeti dijelaskan
Mu’tazilah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar