Term ahli Sunnah dan Jama’ah
ini timbul sebagai reaksi terhadap paham golongan-golongan Mu’tazilah yang
telah dijelaskan sebelumnya dan terhadap sikap mereka yang menyiarkan
ajaran-ajaran itu. Mulai dari Wasil, usaha-usah telah dijalankan untuk menyebar
ajaran-ajaran itu, di samping usaha-usaha yang dijalankan dalam menentang
serangan musuh-musuh Islam.
Puncak kejayaan kaum
Mu’tazilah pada waktu itu ialah pada masa khalifah setelah al-Ma’mun di tahun
827 M mengakui Mu’tazilah sebagai madzhab resmi yang dianut oleh negara.
Pada hakikatnya kaum
Mu’tazilah tidak begitu banyak berpegang pada sunnah atau tradisi, bukan karena
mereka tidak percaya pada tradisi Nabi dan para sahabat, tapi mereka ragu akan
keoriginilan hadits-hadits yang mengandung sunnah atau tradisi itu. Oleh karena
itu mereka dapat dipandang sebgai golongan yang tidak berpegang teguh pada
sunnah.
Mungkin dari sinilah yang
menimbulkan term ahli Sunnah dan jama’ah, yaitu golongan yang berpegang pada
sunnah lagi merupakan mayoritas, sebagai lawan dari golongan Mu’tazilah yang
bersifat minoritas dan tidak kuat berpegang pada sunnah.
Bagaimanapun, yang
dimaksud dengan Ahli Sunnah dan Jama’ah di dalam lapangan teologi Islam adalah
kaum Asy’ariyah dan kaum Maturidi. Walaupun al-Asy’ari sendiri telah telah
puluhan tahun menganut paham Mu’tazilah, akhirnya meninggalkan ajaran
Mu’tazilah.
Tokoh-tokoh dalam golongan
Asy’riaah diantaranya, Abu Hamid al-Ghazali, al-Juwani, al-Baqillani, dll.
Adapun ajaran-ajaran
al-Asy’ari sendiri dapat diketahui dari buku-buku yang ditulisnya, terutama
dari kitab al-Luma’ Fi al-Rad ’ala Ahl al-Ziagh wa al-Bida’ dan al-Ibanah ’an Ushul al-Dianah di damping
buku-buku yang ditulis oleh para pengikutnya. Sebagai penentang Mu’tazilah,
sudah tentia ia berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat. Mustahil kata
al-Asy’ari Tuhan mengetahui dengan zat-nya, karena dengan demikian zat-Nya
adalah pengetahuan dan Tuhan sendiri adalah pengetahuan. Tuhan bukan
pengetahuan (ilm) tetapi Yang
Mengetahui (’Alim). Tuhan mengetahui
dengan pengetahuan dan pengetahuan-Nya bukalah zat-Nya. Demikian pula dengan
sifat-sifat seperti sifat hidup, berkuasa, mendenganr dan melihat.
o Aliran Maturudiah
Abu
Mansur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Muhammad al-Maturidi lahir di Samarkand pada
pertengan kedua dari abad ke sembilan Masehi dan meninggal di tahun 944 M.
Tidak banyak diketahui mengenai riwayat hidupnya. Ia adalah pengikut Abu H
nifah dan faham-faham teologinya banyak banyak persamaannya dengan faham-faham
yang dimajukan Abu Hanifah. Sistem pemikiran teologi yang ditimbulkan Abu
Mansur termasuk dalam golongan teologi Ahli Sunnah dan Jama’ah dan dikenal
dengan nama al-Maturudiah.
Literatur
mengenai ajaran-ajaran Abu Mansur dan aliran al-Maturudiah tidak sebanyak
literatur mengenai ajaran-ajaran Asy’ariah. Buku-buku yang banyak membahas
tentang sekte-sekte seprti buku-buku al-Syahrastani, Ibn Hazm, al-Baghdadi dan
lain-lain tidak memuat keterangan-keterangan tentang al-Maturidi atau
pengikut-pengikutnya. Karangan-karangan al-Maturidi sendiri belum dicetak dan tetap
dalam bentuk MSS (Makhtutat). Diantaranya yaitu, Kitab al-Tauhid, Risalah Fil al-‘Aqa’id, Syarh al-Fiqh al-Akbar, Usul
al-Din (dikarang oleh pengikutnya) dan Kitab
Ta’wil al-Qur’an.
Al-Maturudi
banyak memakai akal dalam sistem teologinya. Oleh karena itu antara teologinya
dan teologi yang ditimbulkan oleh al-Asy’ari terdapat perbedaan, keduanya
timbul sebagai reaksi terhadap aliran Mu’tazilah.
Salah
satu perbedaan tersebut adalah mengenai soal al-wa’ad wa al-wa’id al-Maturidi sefaham dengan Mu’tazilah. Janji-janji dan ancaman-ancaman Tuhan, tak
boleh mesti terjadi kelak. Dan juga dalam soal anthropomorphisme al-Maturudi
sealiran dengan Mu’tazilah. Ia tidak sependapat dengan al-Asy’ari bahwa
ayat-ayat yang menggambarkan Tuhan mempunyai bentuk jasmani tidak dapat diberi
interprestasi atau ta’wil. Menurut
pendapatnya tangan, wajah dan sebagainya mesti diberi arti majazi atau kiasan. Dalam
aliran al-Maturidi sendiri terdapat dua golongan: golongan samarkand yaitu
pengikut-pengikut al-Maturidi sendiri dan golongan Bukhara yaitu
pengikut-pengikut al-Bazdawi.
Aliran al-Maturudiah banyak
dianut oleh umat Islam yang memakai mazhab Hanafi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar