A. PENDAHULUAN
Kehancuran Imperium Turki Usmani pada
tahun 1918 setelah kekalahan perang yang dideritanya bersama Jerman dan Austria
adalah akhir dari sejarah masyarakat Islam imperial. Klimaks dari perjalanan
sejarah imperium Islam ini kemudian menjadi awal bagi perkembangan baru
masyarakat Islam abad ke-19 di Turki. Tumbuhnya semangat nasionalisme dan
kebangsaan masyarakat Turki serta upaya mereka untuk bangkit dari keterpurukan
situasi negara yang telah hancur akhirnya menjadi tonggak berdirinya negara
Republik Turki.
Tahun 1920 sebuah gerakan revolusi yang
dikomando oleh Mustafa Kemal Pasha melahirkan perjuangan kemerdekaan bangsa
Turki yang diawali dengan pembentukan Majelis Nasional Agung (Grand National
Assembly). Melalui berbagai gerakan perjuangan pembebasan Turki dari penjajahan
asing serta peran strategisnya di atas panggung politik, pada tahun 1923 ia
akhirnya dapat mengukuhkan diri sebagai Presiden Republik Turki.
Mustafa Kemal Pasha, yang kemudian
bergelar Ataturk (Bapak Bangsa Turki) , adalah tokoh pendiri negara sekuler
Republik Turki. Di bawah rezim pemerintahannya Republik Turki pernah dicap
sebagai negara sekuler anti Islam. Bahkan, dengan sikap diktatorial rezim
pemerintahannya, ia berhasil mengomando pengikutnya di dalam parlemen
pemerintahan Turki untuk menghapus lembaga kesultanan dan kekhalifahan Islam.
Selain tindakan radikal yang ia lakukan tadi, dengan serentetan program
pembaruan (sekularisasi) Turki yang ia lakukan sejak tahun 1923 sampai dengan
tahun 1938, Mustafa Kemal juga dianggap telah mencerabut akar dogmatisme Islam
dari masyarakat Turki, dan menjauhkan nilai-nilai Islam yang telah menjadi
tradisi dalam kehidupan masyarakat Turki tersebut dengan dalih modernitas dan
pembaruan.
Makalah ini mencoba mengurai secara
lugas sosok tokoh bernama Mustafa Kemal Ataturk, baik dari segi pemikirannya
dalam pembaruan Turki setelah keruntuhan Imperium Turki Usmani, maupun mengenai
gerakan politiknya yang akhirnya menghantarkannya menjadi Presiden Republik
Turki sepanjang hidup. Kemudian, penulis juga akan mengurai sedikit mengenai
kelangsungan pemikiran Mustafa Kemal Ataturk hingga saat ini yang menjadi
ideologi bagi pengikutnya.
B.
BIOGRAFI SINGKAT
MUSTAFA KEMAL ATATURK
Mustafa Kemal Ataturk lahir di Salonika
pada tahun 1881. Orang tuanya bernama Ali Riza seorang pegawai biasa di ¬salah
satu kantor pemerintah di kota itu, sedangkan ibunya bernama Zubayde, seorang
wanita yang amat dalam perasaan keagamaannya. Ali Riza meninggal dunia saat
Mustafa Kemal berusia tujuh tahun. Ia kemudian diasuh oleh ibunya.
Riwayat pendidikan Mustafa Kemal
dimulai sejak tahun 1893 ketika ia memasuki sekolah Rushdiye (sekolah menengah
militer Turki). Pada tahun 1895 ia masuk ke akademi militer di kota Monastir
dan pada 13 Maret 1899 ia masuk ke sekolah ilmu militer di Istambul sebagai
kadet pasukan infanteri. Tahun 1902 ia ditunjuk menjadi salah satu staf
pengajar dan pada bulan Januari 1905 ia lulus dengan pangkat kapten.
Kehidupan Mustafa Kemal sejak 1905
sampai dengan 1918 diwarnai dengan perjuangan untuk mewujudkan identitas kebangsaan
Turki. Sebagai pejabat militer di dalam imperium Turki Usmani saat itu, ia
mendirikan sebuah organisasi yang bernama Masyarakat Tanah Air (Fatherland
Society). Ia juga bergabung bersama Kongres Turki Muda yang membentuk Komite
Kebangsaan dan Kemajuan (Committee for Union and Progress) atau disingkat
C.U.P.
Setelah berakhirnya Perang Dunia I,
tepatnya pada tahun 1919 Mustafa Kemal berusaha mewujudkan prinsip-prinsip
generasi Turki Muda. Di bawah kepemimpinannya, elit nasional Turki berhasil
memobilisir perjuangan rakyat Turki dan melawan pendudukan asing. Rakyat Turki
berhasil memukul mundur kekuatan penjajahan dari tanah bangsa Turki, yang
secara tidak langsung menjadi kemenangan awal bagi Mustafa Kemal.
Selanjutnya, melalui gerakan politis
dan diplomatis di parlemen Majelis Nasional Agung (Grand National Assembly), di
mana dalam parlemen ini Mustafa Kemal menjadi ketuanya, ia berhasil mendirikan
rezim republik atas sebagian wilayah Anatolia, memberlakukan suatu konstitusi
baru bagi rakyat Turki pada tahun 1920, dan mengalahkan republik Armenia,
mengalahkan kekuatan Perancis, dan mengusir kekuatan tentara Yunani. Klimaks
perjuangan Mustafa Kemal yang mengantarkannya ke kursi presiden republik Turki
adalah ketika bangsa Eropa mengakui kemerdekaan bangsa Turki yang ditandai oleh
perjanjian Lausanne pada tahun 1923.
C. PRINSIP
PEMIKIRAN PEMBARUAN MUSTAFA KEMAL ATATURK
Pembaruan Turki sesungguhnya telah
sejak lama dilakukan oleh generasi Turki, jauh sebelum pembaruan yang dilakukan
oleh Mustafa Kemal Ataturk. Pembaruan di bidang militer dan administrasi,
sampai kepada pembaruan di bidang ekonomi, sosial dan keagamaan, telah
dilakukan oleh generasi Turki pada era Tanzimat yang berlangsung dari tahun
1839 sampai dengan 1876; kemudian pada era Usmani Muda yang berlangsung dari
dekade 1860-an sampai dengan dekade 1870-an merupakan reaksi atas program
Tanzimat yang mereka anggap tidak peka terhadap tuntutan sosia dan keagamaan;
dan pada akhir dekade 1880-an, terbentuklah era baru generasi muda Turki.
Generasi baru Turki ini menamakan diri mereka sebagai Kelompok Turki Muda
(Ottoman Society for Union and Progress). Kelompok ini secara nyata
mempertahankan kontinuitas imperium Usmani, tetapi secara tegas mereka
melakukan agitasi terhadap restorasi rezim parlementer dan kontitusional.
Pemikiran pembaruan Turki yang dimiliki
oleh Mustafa Kemal Ataturk boleh dianggap merupakan sintesa dari pemikiran
ketiga generasi Turki sebelumnya. Bahkan, prinsip pemikiran pembaruan Turki
yang ia ke tengahkan di dalam frame kebangsaan masyarakat Turki saat ini adalah
reduksi pemikiran dari seorang pemikir Turki yang dianggap sebagai Bapak
Nasionalisme Turki, yakni Ziya Gokalp.
Dalam catatan kaki Ajid Thohir, di
dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam : Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, disebutkan bahwa pemikiran
pembaruan Turki telah dilakukan oleh tokoh-tokoh, seperti : Mustafa Rasyid
Pasha (1800) dan Mehmet Shidiq Ri’at (1807) dari generasi Tanzimat; Ziya Pasha
(1825-1876), Namik Kemal (1840-1880) dan Midhat Pasha (1822-1883) dari generasi
Usmani Muda; dan, Ahmad Riza (1859-1931) dan Mehmed Murad (1853-1912) dari
generasi Turki Muda. Sedangkan, pemikiran yang paling dekat dengan gerakan
pembaruan Turki yang dilaksanakan oleh Mustafa Kemal adalah pemikiran Ziya
Gokalp, yang secara sistematis mencanangkan program-program pembaruannya dalam
berbagai aspek yang ia sebut sebagai The Programe of Turkism, yakni :
Linguistic Turkism, Aesthetic Turkism, Ethical Turkism, Legal Turkism, Economic
Turkism, Political Turkism, dan Philosopical Turkism.
Prinsip Pemikiran Pembaruan Mustafa
Kemal di awali ketika ia ditugaskan sebagai attase militer pada tahun 1913 di
Sofia. Dari sinilah ia berkenalan dengan peradaban Barat, terutama sistem
parlementernya. Adapun prinsip pemikiran pembaharuan Turki yang kemudian
menjadi corak ideologinya terdiri dari tiga unsur, yakni : nasionalisme,
sekularisme dan westernisme.
Mempersoalkan tiga unsur dalam prinsip
pemikiran pembaruan Turki Mustafa Kemal di atas, penulis mengulasnya sebagai
berikut :
pertama,
unsur nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal diilhami oleh Ziya Gokalp
(1875-1924) yang meresmikan kultur rakyat Turki dan menyerukan reformasi Islam
untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki. Dalam koridor
pemahaman Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang telah
dipribumikan ke dalam budaya Turki. Oleh karenanya, ia berkeyakinan bahwa Islam
pun dapat diselaraskan dengan dunia modern. Turut campurnya Islam dalam segala
lapangan kehidupan akan membawa kemunduran pada bangsa dan agama. Atas dasar
itu, agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak perlu menghalangi adopsi
Turki sepenuhnya terhadap peradaban Barat, karena peradaban Barat bukanlah
Kristen, sebagaimana Timur bukanlah Islam ;
kedua,
unsur sekularisme. Unsur ini sebenarnya adalah implikasi dari pemahaman
westernisme Mustafa Kemal. Pada prinsip ini, salah seorang pengikut setia
Mustafa Kemal, Ahmed Agouglu menyatakan bahwa indikasi ketinggian suatu
peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat
dapat mengalahkan peradaban-peradab¬an lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsur-unsurnya.
Peperangan antara Timur dan Barat adalah peperangan antara dua peradaban, yakni
peradaban Islam dan peradaban Barat. Di dalam peradaban Islam, agama mencakup
segala-galanya mulai dari pakaian dan perkakas rumah sampai ke sekolah dan
institusi. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidup¬an membawa
kepada mundurnya Islam, dan di Barat sebaliknya sekularisasilah yang
menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Jika ingin terus mempunyai wujud rakyat
Turki harus mengadakan sekularisasi terhadap pandangan keagamaan, hubungan
sosial dan hukum. Menurut versi Mustafa kemal, sekularisme bu¬kan saja
memisahkan masalah bernegara (le¬gislatif, eksekutif dan yudikatif) dari
pengaruh agama melainkan juga membatasi peranan agama dalam kehidupan orang
Turki sebagai satu bangsa. Sekularisme ini adalah lebih me¬rupakan antagonisme
terhadap hampir segala apa yang berlaku di masa Usmani.; dan,
Ketiga,
unsur wasternisme. Dalam unsur ini, Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus
berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru Barat negara Turki akan
maju. Unsur westernisme dalam prinsip pemikiran Mustafa Kemal mendapat momennya
ketika dalam salah satu pidatonya ia menga¬takan bahwa kelanjutan hidup suatu
masyarakat di dunia peradaban modern menghendaki perobahan dalam diri sendiri.
Di zaman yang dalamnya ilmu pengetahuan mampu membawa perobahan secara
terus-menerus, maka bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang
tua lagi usang tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus
dirubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan se¬gala kegiatan
reaksioner harus dihancurkan.
Dari ketiga prinsip di atas, kemudian
melahirkan ideologi kemalisme, yang terdiri atas : republikanisme,
nasionalisme, kerakyat¬an, sekularisme, etatisme, dan revolusionisme. Ideologi
yang diasosia¬sikan dengan figur Mustafa Kemal ini kemudian berkembang di Turki
dan dikembangkan oleh pengikutnya.
D. GERAKAN
PEMBARUAN TURKI MUSTAFA KEMAL ATATURK
Daripada lebel seorang inspirator
berdirinya republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk sebenarnya lebih dikenal
sebagai tokoh penggerak berdirinya sebuah rezim republik sekuler Turki. Dari
perjuangannya lah, negara Turki yang pernah menjadi jantung pemerintahan
imperium terakhir ummat Islam ini mampu berdiri kokoh sebagai sebuah negara
merdeka yang berdiri dan diakui kedaulatannya secara internasional setelah
Perang Dunia I.
Meski demikian, keberhasilan mendirikan
sebuah negara Turki yang merdeka tidak serta merta menjadikan negara bekas
pemerintahan dinasti Islam ini berubah seratus persen menjadi sekuler.
Lika-liku gerakan pembaruan (sekularisasi) Turki yang dilakoni oleh Mustafa
Kemal terekam dalam tindakan rezim pemerintahannya yang diktator. Sehingga,
proses perubahan Turki menjadi sebuah negara yang bercorak modern adalah suatu
metamorphosis yang sangat berbeda dari corak tradisi dan nilai-nilai budaya
masyarakat Turki yang hampir seluruhnya Islam.
Gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal
Ataturk dimulai dengan penghapusan Kesultanan Usmani pada tahun 1923 dan
penghapusan khilafah pada tahun 1924. Lembaga wakaf dihapuskan dan dikuasakan
kepada kantor urusan agama. Pada tahun 1925 beberapa thariqat sufi dinyatakan
sebagai organisasi terlarang dan dihancurkan. Pada tahun 1927 pemakaian tarbus
dilarang. Pada tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggantikan tulisan Arab,
dan dimulai upaya memurnikan bahasa Turki dari muatan bahasa Arab dan Persi.
Pada tahun 1935 seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil
sebagaimana berlaku pada pola nama Barat.
Sedangkan menurut Ajid Thohir, gerakan
pembaruan Turki Mustafa Kemal tergambar dalam ideologi kemalisme yang mencakup
prinsip-prinsip : republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme,
sekularisme, dan revolusionisme. Dalam lapangan agama, Mustafa Kemal membuat
sejumlah kebijakan, seperti pada tahun 1928, ia memperkenalkan bangku gereja
serta jam kamar ke dalam mesjid. Orang shalat dengan menggunakan sepatunya,
menggunakan bahasa Turki dalam sholatnya. Dan untuk membuat sholat di masjid
itu indah, mudah untuk mendapat inspirasi dan memiliki nilai spiritual, maka
mesjid perlu melatih para musikus. Kebutuhan ini penting bagi kaum modern
dengan meletakkan alat musik barat ke dalam mesjid. Sedangkan beberapa
kebijakan yang dibuat dalam undang-undang pada era rezim Mustafa Kemal adalah :
1.
Undang-undang tentang unifikasi dan
sekularisasi pendidikan, tanggal 3 Maret 1924;
2.
Undang-undang tentang kopiyah, tanggal
1925;
3.
Undang-undang tentang pemberhentian
petugas jemaah dan makam, penghapusan lembaga pemakaman, tanggal 30 November
1925;
4.
Peraturan sipil tentang perkawinan,
tanggal 17 Februari 1926;
5.
Undang-undang penggunaan huruf latin
untuk abjad Turki dan penghapusan tulisan Arab, tanggal 1 November 1928; dan
6.
Undang-undang tentang larangan
menggunakan pakaian asli, tanggal 1934.
Gerakan sekularisasi Turki oleh rezim
Mustafa Kemal berakhir seiring dengan wafatnya Mustafa Kemal pada tahun 1938.
Sungguhpun demikian, sepeninggal Mustafa Kemal Ataturk, posisi presiden Turki
digantikan oleh Ismet Inonu, seorang kolega yang sangat setia kepadanya. Dengan
demikian, proses sekukarisasi terus berjalan di Turki. Hanya saja, pergantian
tampuk pimpinan dalam rezim pemerintahan ini memberikan peluang bagi konsepsi
sistem politik baru bagi negara Turki. Konsepsi politik baru ini terjadi setelah
Perang Dunia II, khususnya pada tahun 1946, yang atas campur tangan pemerintah
Amerika Serikat ketika itu yang berusaha mengurangi pengaruh sistem
paternalistik dan lebih cenderung menginginkan sistem multi partai. Kondisi ini
membuka jalan bagi terbentuknya partai Demokrat (Democrat Party) di Republik
Turki.
Dalam sistem politik multi partai
inilah, akhirnya pengaruh Partai Republik yang pernah dipimpin oleh Mustafa
Kemal, cenderung berkurang. Kecenderungan apresiasi masyarakat Turki terhadap
Partai Demokrat lebih didasarkan oleh sikap politik partai ini yang mengusung
opini tentang orientasi keagamaan baru yang berbeda daripada orientasi
keagamaan di masa rezim Mustafa Kemal bersama Partai Republik-nya.
E. IDEOLOGI
KEMALISME DAN KONDISI REPUBLIK TURKI PASCA MUSTAFA KEMAL ATATURK
Dari tulisan di atas kita telah
mengetahui ideologi Kemalisme yang menjadi tonggak dasar pemerintahan Republik
Turki. Ideologi ini di Turki terus digunakan hingga saat ini. Pemerintahan
Turki setelah Ismet Inonu dipimpin oleh Adnan Menderes dari Partai Demokrat.
Kepemimpinan pemerintahan dari partai ini membuka peluang baru bagi orientasi
keagamaan masyarakat Turki.
Menurut Ade Solihat M.S. di dalam
artikelnya menyebutkan bahwa pada pemilu 1950, kekuasaan tunggal Partai
Republik berakhir dan digantikan oleh partai sekuler beraliran liberal, yaitu
Partai Demokrat. Partai pimpinan Adnan Menderes ini mencoba mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan sekularisasi yang sudah dijalankan oleh Partai
Republik Rakyat sejak berdirinya negara Turki. Namun Adnan menderes juga tidak
ingin Kemalisme digantikan dengan ideologi lain. Sejak masa pemerintahan Partai
Demokrat inilah masyarakat Muslim yang merupakan mayoritas (98 persen dari 70
juta jiwa) penduduk Turki dapat melakukan shalat di mesjid-mesjid umum,
berpuasa dan melakukan ibadah naik haji, yang pada masa Rezim Kemalis sulit
dilakukan. Selain itu madrasah-madrasah kembali di buka, sehingga para orang
tua dapat kembali menyekolahkan anak mereka di sekolah agama, setelah mereka
menyadari bahwa mereka tumbuh sebagai suatu generasi yang kering dari nilai dan
ilmu agama. Madrasah-madrasah ini kembali ditutup pada tahun 1998 setelah
dianggap sebagai lembaga yang mendidik kelompok Islam fundamental yang
keberadaannya menguat dan mengancam ideologi sekuler Turki.
Dalam pandangan yang hampir sama, Ira
M. Lapidus menyebutkan bahwa periode republik Turki pasca rezim Mustafa Kemal
adalah fase sistem politik multi partai, fase berkembangnya diferensiasi
sosial, fase perubahan ekonomi yang pesat, dan fase berkecamuknya konflik
ideologi. Periode ini berlangsung dari tahun 1950-an hingga saat ini.
Pasca periode Mustafa Kemal Ataturk
militer Turki mengambil peran sebagai penjaga ideologi Kemalisme. Ideologi yang
dicetuskan oleh Msutafa Kemal Ataturk ini dianggap sebagai prinsip negara
Turki. Menurut Ade Solihat M.S. jatuhnya pemerintahan Partai Islam Refah pada
tahun 1998 adalah suatu bukti masih dominannya pengaruh politik militer di
Turki. Namun kebangkitan Islam merupakan suatu fenomena kesadaran umat Islam Turki
untuk kembali mempelajari nilai-nilai Islam di tengah kebijakan sekuler
pemerintah dan fenomena dukungan masyarakat Islam terhadap kemenangan partai
politik yang dianggap membawa aspirasi Islam terus memperlihatkan kemajuan ke
arah yang positif. Aspirasi dan dukungan yang besar dari masyarakat Turki
kembali mengantarkan kemenangan partai berbasis Islam: Partai Keadilan dan
Pembangunan dalam pemilu 2002. Meskipun secara tegas pemimpin partai ini
menyatakan bahwa Partai Keadilan dan Pembangunan bukanlah partai Islam dan
mereka menyatakan komitmennya yang sungguh-sungguh menjaga ideologi sekularisme
di Turki.
Baru-baru ini kantor berita BBC
Indonesia mengabarkan bahwa kebanyakan publik Turki merasa khawatir dengan
pencalonan Perdana Menteri Rechep Tayyip Erdogan sebagai presiden Turki. Mereka
beranggapan bahwa Rechep Tayyip Erdogan membawa misi terselubung berupa
Islamisasi dalam pemerintahan Turki. Pemberitaan ini menggambarkan bahwa di
Turki, masyarakat masih dominan mendukung eksistensi ideologi sekuler
Kemalisme. Meskipun, ada pula masyarakat yang merasa hampa dengan nilai-nilai
sekuler negaranya berharap agar tekanan pemerintah Turki agak mengendur
terhadap penerapan nilai-nilai keislaman di Turki.
F. PENUTUP
Sebagai penutup dari makalah ini,
penulis cukup memberikan satu kesimpulan bahwa opini masyarakat Turki hingga
saat ini masih terpecah dalam penilaian terhadap Mustafa Kemal Ataturk. Di satu
sisi, ia sebenarnya dihormati sebagai penyelamat bangsa dari kekuasaan
penjajahan, dan sekaligus dihormati karena jasanya dalam mengupayakan
berdirinya negara modern Turki; dan di sisi lainnya, ia juga dikecam sebagai
pengkhianat yang bertanggung jawab atas hilangnya kekhalifahan Islam.
Kontradiksi ini menurut penulis tidak dapat dielakkan dalam porsi sejarah
negara Turki. Dan hal ini adalah bagian yang integral dalam sejarah panjang
berdirinya negara Turki.
Referensi:
-
http://bacabukublog.blogspot.com/2008/02/mustafa-kemal-attaturk.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar