Biografi Imam Bonjol
Oleh:
Wikipedia Indonesia
Tuanku
Imam Bonjol dilahirkan di Bonjol, Pasaman, Indonesia pada tahun 1772.Beliau
kemudiannya meninggal dunia di Manado, Sulawesi pada 6 November 1864 dalam usia
92 tahun dan dimakamkan di Khusus Lotak, Minahasa.
Tuanku
Imam Bonjol bukanlah seorang Minahasa. Dia berasal dari Sumatera Barat.
"Tuanku Imam Bonjol" adalah sebuah gelaran yang diberikan kepada
guru-guru agama di Sumatra. Nama asli Imam Bonjol adalah Peto Syarif Ibnu
Pandito Bayanuddin.
Dia
adalah pemimpin yang paling terkenal dalam gerakan dakwah di Sumatera, yang
pada mulanya menentang perjudian, laga ayam, penyalahggunaan dadah, minuman
keras, dan tembakau, tetapi kemudian mengadakan penentangan terhadap penjajahan
Belandayang memiliki semboyan Gold, Glory, Gospel sehingga mengakibatkan perang
Padri (1821-1837).
Mula-mula
ia belajar agama dari ayahnya, Buya Nudin. Kemudian dari beberapa orang ulama
lainya, seperti Tuanku Nan Renceh. Imam Bonjol adalah pengasas negeri Bonjol.
Pertentangan
kaum Adat dengan kaum Paderi atau kaum agama turut melibatkan Tuanku Imam
Bonjol. Kaum paderi berusaha membersihkan ajaran agama islam yang telah banyak
diselewengkan agar dikembalikan kepada ajaran agama islam yang murni.
Golongan
adat yang merasa terancam kedudukanya, mendapat bantuan dari Belanda. Namun
gerakan pasukan Imam Bonjol yang cukup tangguh sangat membahayakan kedudukan
Belanda. Oleh sebab itu Belanda terpaksa mengadakan perjanjian damai dengan
Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1824. Perjanjian itu disebut "Perjanjian
Masang". Tetapi perjanjian itu dilanggar sendiri oleh Belanda dengan menyerang
Negeri Pandai Sikat.
Pertempuran-pertempuran
berikutnya tidak banyak bererti, kerena Belanda harus mengumpul kekuatanya
terhadap Perang Diponogoro. Tetapi setelah Perang Diponogoro selesai, maka
Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menaklukan seluruh
Sumatra Barat.
Imam
Bonjol dan pasukanya tak mahu menyerah dan dengan gigih membendung kekuatan
musuh. Namun Kekuatan Belanda sangat besar, sehingga satu demi satu daerah Imam
Bonjol dapat direbut Belanda. Tapi tiga bulan kemudian Bonjol dapat direbut
kembali. Ini terjadi pada tahun 1832.
Belanda
kembali mengerahkan kekuatan pasukanya yang besar. Tak ketinggalan Gabernor
Jeneral Van den Bosch ikut memimpin serangan ke atas Bonjol. Namun ia gagal. Ia
mengajak Imam Bonjol berdamai dengan maklumat "Palakat Panjang", Tapi
Tuanku Imam curiga.
Untuk
waktu-wakyu selanjutnya, kedudukan Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit, namun ia
tak mahukan untuk berdamai dengan Belanda.Tiga kali Belanda mengganti panglima
perangnya untuk merebut Bonjol, sebuah negeri kecil dengan benteng dari tanah
liat. Setelah tiga tahun dikepung, barulah Bonjol dapat dikuasai, iaitu pada
tanggal 16 Ogos 1837.
Pada
tahun 1837, desa Imam Bonjol berjaya diambil alih oleh Belanda, dan Imam Bonjol
akhirnya menyerah kalah. Dia kemudian diasingkan di beberapa tempat, dan pada
akhirnya dibawa ke Minahasa. Dia diakui sebagai pahlawan nasional.
Sebuah
bangunan berciri khas Sumatera melindungi makam Imam Bonjol. Sebuah relief
menggambarkan Imam Bonjol dalam perang Padri menghiasi salah satu dinding. Di
samping bangunan ini adalah rumah asli tempat Imam Bonjol tinggal selama
pengasingannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar