Biografi Cik di Tiro
Oleh:
Wikipedia Indonesia
Teungku
Cik di Tiro atau Muhammad Saman, yang kemudian lebih dikenal dengan nama
Teungku Cik di Tiro (Tiro, Pidie, 1836 – Aneuk Galong, 1891), adalah seorang
pahlawan dari Aceh. Ia adalah putra dari Teungku Syekh Ubaidillah. Sedangkan
ibunya bernama Siti Aisyah, putri Teungku Syekh Abdussalam Muda Tiro. Ia lahir
pada tahun 1836, bertepatan dengan 1251 Hijriah di Dayah Jrueng kenegerian
Cumbok Lam Lo, Tiro, daerah Pidie, Aceh. Ia dibesarkan dalam lingkungan agama
yang ketat.
Ketika
ia menunaikan ibadah haji di Mekkah, ia memperdalam lagi ilmu agamanya. Selain
itu tidak lupa ia menjumpai pimpinan-pimpinan Islam yang ada di sana, sehingga
ia mulai tahu tentang perjuangan para pemimpin tersebut dalam berjuang melawan
imperialisme dan kolonialisme. Sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya,
Teungku Cik di Tiro sanggup berkorban apa saja baik harta benda, kedudukan,
maupun nyawanya demi tegaknya agama dan bangsa. Keyakinan ini dibuktikan dengan
kehidupan nyata, yang kemudian kebih dikenal dengan Perang Sabil.
Dengan
Perang Sabilnya, satu persatu benteng Belanda dapat direbut. Begitu pula
wilayah-wilayah yang selama ini diduduki Belanda jatuh ke tangan pasukan Cik di
Tiro. Pada bulan Mei tahun 1881, pasukan Cik Di Tiro dapat merebut benteng
Belanda Lam Baro, Aneuk Galong dan lain-lain. Belanda merasa kewalahan akhirnya
memakai "siasat liuk" dengan mengirim makanan yang sudah dibubuhi
racun. Tanpa curiga sedikitpun Cik di Tiro memakannya, dan akhirnya meninggal
pada bulan Januari 1891 di benteng Aneuk Galong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar