Diantara dalil yang menganjurkan untuk menunaikan zakat fitrah adalah :
1.
Firman Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama
Tuhannya, lalu dia shalat" (Al-A'la: 14-15)
2.
Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas
radhiallahu 'anhu, ia berkata :
"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fitrah bagi
orang merdeka dan hamba sahaya, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang
dewasa dari kaum muslimin. Beliau memerintahkan agar (zakat fituah tersebut)
ditunaikan sebelum orang-orang melakukan shalat 'Id (hari Raya) "
(Muttafaq 'Alaih).
Setiap
muslim wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya dan orang yang dalam
tanggungannya sebanyak satu sha' (+- 3 kg) dari bahan makanan yang berlaku umum
di daerahnya. Zakat tersebut wajib baginya jika masih memiliki sisa makanan
untuk diri dan keluarganya selama sehari semalam.
Zakat
tersebut lebih diutamakan dari sesuatu yang lebih bermanfaat bagi fakir miskin.
Adapun waktu pengeluarannya yang paling
utama adalah sebelum shalat 'Id, boleh juga sehari atau dua lari sebelumnya,
dan tidak boleh mengakhirkan mengeluaran zakat fitrah setelah hari Raya. Dari
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu :
"Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fihrah sebagai penyuci
orang yang berpuasa dari kesia-siaan dan ucapan kotor, dan sebagai pemberian
makan kepada fakir miskin.
"Barangsiapa
yang mengeluarkannya sebelum shalat 'Id, maka zakatnya diterima, dan barang
siapa yang membayarkannya setelah shalat 'Id maka ia adalah sedekah biasa.
"(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
(Dan
diriwayatkan pula Al Hakim, beliau berkata : shahih menurut kriteria Imam
Al-Bukhari.) Zakat fitrah tidak boleh diganti dengan nilai nominalnya(*),(*)'''
Berdasarkan hadits Abu Said Al Khudhri yang menyatakan bahwa zakat fithrah
adalah dari limajenis makanan pokok (Muttafaq 'Alaih). Dan inilah pendapat
jumhur ulama. Selanjutnya sebagian ulama menyatakan bahwa yang dimaksud adalah
makanan pokok masing-masing negeri. Pendapat yang melarang mengeluarkan zakat
fithrah dengan uang ini dikuatkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu alaihi
wasallam juga terdapat nilai tukar (uang), dan seandainya dibolehkan tentu
beliau memerintahkan mengeluarkan zakat dengan nilai makanan tersebut, tetapi
beliau tidak melakukannya. Adapun yang membolehkan zakat fithrah dengan nilai
tukar adalah Madzhab Hanafi.
Karena
hal itu tidak sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dan
diperbolehkan bagi jamaah (sekelompok manusia) memberikan jatah seseorang,
demikian pula seseorang boleh memberikan jatah orang banyak.
Zakat
fitrah tidak boleh diberikan kecuali hanya kepada fakir miskin atau wakilnya.
Zakat ini wajib dibayarkan ketika terbenamnya matahari pada malam 'Id.
Barangsiapa meninggal atau mendapat kesulitan (tidak memiliki sisa makanan bagi
diri dan keluarganya, pen.) sebelum terbenamnya matahari, maka dia tidak wajib
membayar zakat fitrah. Tetapi jika ia mengalaminya seusai terbenam matahari,
maka ia wajib membayarkannya (sebab ia belum terlepas dari tanggungan membayar
fitrah).
HIKMAH
DISYARI'ATKANNYA ZAKAT FITRAH
1.
Zakat fitrah merupakan zakat diri, di mana
Allah memberikan umur panjang baginya sehingga ia bertahan dengan nikmat-Nya.
2.
Zakat fitrah juga merupakan bentuk pertolongan
kepada umat Islam, baik kaya maupun miskin sehingga mereka dapat berkonsentrasi
penuh untuk beribadah kepada Allah Ta'ala dan bersukacita dengan segala
anugerah nikmat-Nya.
3.
Hikmahnya yang paling agung adalah tanda syukur
orang yang berpuasa kepada Allah atas nikmat ibadah puasa. (Lihat Al Irsyaad
Ila Ma'rifatil Ahkaam, oleh Syaikh Abd. Rahman bin Nashir As Sa'di, hlm. 37. )
4.
Di antara hikmahnya adalah sebagaimana yang
terkandung dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma di atas, yaitu puasa
merupakan pembersih bagi yang melakukannya dari kesia-siaan dan perkataan
buruk, demikian pula sebagai salah satu sarana pemberian makan kepada fakir
miskin.
Ya Allah
terimalah shalat· kami, zakat dan puasa kami serta segala bentuk ibadah kami
sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan selalu kepada Nabi Muhammad, segenap keluarga dan sahabatnya. Amin.
(www.muslimdaily.net)
Ø Sadaqah Di Bulan Ramadhan
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan
Muslim, dari Ibnu Abbas raldhiallahu 'anhuma, ia berkata:
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah
orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat
beliau ditemui Jibril untuk membacakan kepadanya Al-Qur'an. Jibril menemui
beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan kepadanya Al-Qur'an.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika ditemui Jibril lebih dermawan
dalam kebaikan daripada angin yang berhembus. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad dengan
tambahan:
"Dan
beliau tidak pernah dimintai sesuatu kecuali memberikannya. "
Dan menurut riwayat Al-Baihaqi, dari Aisyah
radhiallahu 'anha:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
jika masuk bulan Ramadhan membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang
yang meminta. "
Kedermawanan adalah sifat murah hati dan banyak
memberi. Allah pun bersifat Maha Pemurah, Allah Ta'ala Maha Pemurah,
kedermawanan-Nya berlipat ganda pada waktu-waktu tertentu seperti bulan
Ramadhan.
Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
adalah manusia yang paling dermawan, juga paling mulia, paling berani dan amat
sempurna dalam segala sifat yang terpuji; kedermawanan beliau pada bulan
Ramadhan berlipat ganda dibanding bulan-bulan lainnya, sebagaimana kemurahan
Tuhannya berlipat ganda pada bulan ini.
Berbagai pelajaran yang dapat diambil dari
berlipatgandanya kedermawanan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di bulan
Ramadhan :
Bahwa kesempatan ini amat berharga dan
melipatgandakan amal kebaikan.
Membantu
orang-orang yang berpuasa dan berdzikir untuk senantiasa taat, agar memperoleh
pahala seperti pahala mereka; sebagaimana siapa yang membekali orang yang
berperang maka ia memperoleh seperti pahala orang yang berperang, dan siapa yang
menanggung dengan balk keluarga orang yang berperang maka ia memperoleh pula
seperti pahala orang yang berperang. Dinyatakan dalam hadits Zaid bin Khalid
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Barangsiapa memberi makan kepada orang
yang berpuasa maka baginya seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa
mengurangi sedikitpun dari pahalanya. " (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).
Bulan Ramadhan adalah saat Allah berderma
kepada para hamba-Nya dengan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api Neraka,
terutama pada Lailatul Qadar Allah Ta 'ala melimpahkan kasih-Nya kepada para
hamba-Nya yang bersifat kasih, maka barangsiapa berderma kepada para hamba
Allah niscaya Allah Maha Pemurah kepadanya dengan anugerah dan kebaikan.
Balasan itu adalah sejenis dengan amal perbuatan.
Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama
termasuk sebab masuk Surga. Dinyatakan dalam hadits Ali radhiallahu 'anhu,
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh
di Surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luamya dapat dilihat dari dalam
dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. " Maka berdirilah kepada
beliau seorang Arab Badui seraya berkata: Untuk siapakah ruangan-ruangan itu
wahai Rasulullah? jawab beliau: "Untuk siapa saja yang berkata baik,
memberi makan, selalu berpuasa dan shalat malam ketika orang-orang dalam
keadaan tidur. " (HR.
At-Tirmidzi dan Abu Isa berkata, hadits ini gharib)
Semua kriteria ini terdapat dalam bulan
Ramadhan. Terkumpul bagi orang mukmin dalam bulan ini; puasa, shalat malam, sedekah
dan perkataan baik. Karena pada waktu ini orang yang berpuasa dilarang dari
perkataan kotor dan perbuatan keji. Sedangkan shalat, puasa dan sedekah dapat
menghantarkan pelakunya kepada Allah Ta 'ala.
Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama lebih
dapat menghapuskan dosa-dosa dan menjauhkan dari api Neraka Jahannam, terutama
jika ditambah lagi shalat malam. Dinyatakan dalam sebuah hadits bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Puasa itu merupakan perisai bagi
seseorang dari api Neraka, sebagaimana perisai dalam peperangan " ( Hadits riwayat Ahmad, An-Nasa'i dan Ibnu
Majah dari Ustman bin Abil-'Ash; juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam
Shahihnya serta dinyatakan shahih oleh Hakim dan disetujui Adz-Dzahabi.) Hadits
riwayat Ahmad dengan isnad hasan dan Al-Baihaqi.
Diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Abu Hurairah
bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Puasa itu perisai dan benteng kokoh yang
melindungi seseorang) dari api Neraka"
Dan dalam hadits Mu'adz radhiallahu 'anhu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sedekah dan shalat seseorang di tengah
malam dapat menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api" (Hadist riwayat At-Tirmidzi dan katrrnya.
"Hadits hasan shnhih. "
Dalam puasa, tentu terdapat kekeliruan serta
kekurangan. Dan puasa dapat menghapuskan dosa-dosa dengan syarat menjaga diri
dari apa yang mesti dijaga. Padahal kebanyakan puasa yang dilakukan kebanyakan
orang tidak terpenuhi dalam puasanya itu penjagaan yang semestinya. Dan dengan
sedekah kekurangan dan kekeliruan yang terjadi dapat terlengkapi. Karena itu
pada akhir Ramadhan, diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mensucikan orang
yang berpuasa dari perkataan kotor dan perbuatan keji.
Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan
minumnya. Jika ia dapat membantu orang lain yang berpuasa agar kuat dengan
makan dan minum maka kedudukannya sama dengan orang yang meninggalkan
syahwatnya karena Allah, memberikan dan membantukannya kepada orang lain. Untuk
itu disyari'atkan baginya memberi hidangan berbuka kepada orang-orang yang
berpuasa bersamanya, karena makanan ketika itu sangat disukainya, maka
hendaknya ia membantu orang lain dengan makanan tersebut, agar ia termasuk
orang yang memberi makanan yang disukai dan karenanya menjadi orang yang bersyukur
kepada Allah atas nikmat makanan dan minuman yang dianugerahkan kepadanya, di
mana sebelumnya ia tidak mendapatkan anugerah tersebut. Sungguh nikmat ini
hanyalah dapat diketahui nilainya ketika tidak didapatkan. (Lihat kitab
Larhaa'iful Ma'arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 172-178.)
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya (kepada
kita semua). Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi
kita Muhammad, segenap keluarga dan sahabatnya. (www.muslimdaily.net)
Ø Sepuluh Hari Akhir di Bulan Ramadhan
TENTANG SEPULUH HARI AKHIR DI BULAN RAMADHAN
Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah
radhiallahu 'anha, ia berkata:
"Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan
Ramadhan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengencangkan kainnya
menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan
membangunkan Keluarganya . " Demikian menurut lafazh Al-Bukhari.
Adapun lafazh Muslim berbunyi :
"Menghidupkan malam(nya), membangunkan
keluarganya, dan bersungguh-sungguh serta mengencangkan kainnya.
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan
dari Aisyah radhiallahu ‘anha :
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak
beliau lakukan pada bulan lainnya. "
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengkhususkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan
dengan amalan-amalan yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan yang lain, di
antaranya:
1.
Menghidupkan
malam: Ini mengandung kemungkinan bahwa beliau menghidupkan seluruh malamnya,
dan kemungkinan pula beliau menghidupkan sebagian besar daripadanya. Dalam
Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata:
"Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam shalat malam hingga pagi. "
Diriwayatkan dalam hadits marfu' dari Abu
Ja'far Muhammad bin Ali :
"Barangsiapa mendapati Ramadhan dalam
keadaan sehat dan sebagai orang muslim, lalu puasa pada siang harinya dan
melakukan shalat pada sebagian malamnya, juga menundukkan pandangannya, menjaga
kemaluan, lisan dan tangannya, serta menjaga shalatnya secara berjamaah dan
bersegera berangkat untuk shalat Jum'at; sungguh ia telah puasa sebulan
(penuh), menerima pahala yang sempurna, mendapatkan Lailatul Qadar serta
beruntung dengan hadiah dari Tuhan Yang Mahasuci dan Maha tinggi. " Abu Ja
'far berkata: Hadiah yang tidak serupa dengan hadiah-hadiah para penguasa. (HR. Ibnu Abid-Dunya).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
membangunkan keluarganya untuk shalat pada malam-malam sepuluh hari terakhir,
sedang pada malam-malam yang lain tidak.
Dalam hadits Abu Dzar radhiallahu 'anhu
disebutkan:
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasalam melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh
tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan
bahwasanya beliau mengajak (shalat) keluarga dan isteri-isterinya pada malam
dua puluh tujuh (27) saja. "
Ini menunjukkan bahwa beliau sangat menekankan
dalam membangunkan mereka pada malam-malam yang diharapkan turun Lailatul Qadar
di dalamnya.
At-Thabarani meriwayatkan dari Ali radhiallahu
'anhu :
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam membangunkan keluarganya pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan, dan
setiap anak kecil maupun orang tua yang mampu melakukan shalat. "
Dan dalam hadits shahih diriwayatkan :
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengetuk (pintu) Fathimah dan Ali radhiallahu 'anhuma pada suatu malam
seraya berkata:
Tidakkah kalian bangun lalu mendirikan shalat
?" (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Beliau juga membangunkan Aisyah radhiallahu
'anha pada malam hari, bila telah selesai dari tahajudnya dan ingin melakukan
(shalat) witir.
Dan diriwayatkan adanya targhib (dorongan) agar
salah seorang suami-isteri membangunkan yang lain untuk melakukan shalat, serta
memercikkan air di wajahnya bila tidak bangun). (Hadits riwayat Abu Daud dan lainnya, dengan
sanad shahih.)
Dalam kitab Al-Muwaththa' disebutkan dengan
sanad shahih, bahwasanya Umar radhiallahu 'anhu melakukan shalat malam seperti
yang dikehendaki Allah, sehingga apabila sampai pada pertengahan malam, ia
membangunkan keluarganya untuk shalat dan mengatakan kepada mereka:
"Shalat! shalat!" Kemudian membaca ayat ini :
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. " (Thaha: 132).
Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
mengencangkan kainnya. Maksudnya beliau menjauhkan diri dari menggauli
isteri-isterinya. Diriwayatkan bahwasanya beliau tidak kembali ke tempat
tidurnya sehingga bulan Ramadhan berlalu.
Dalam hadits Anas radhiallahu 'anhu disebutkan
:
"Dan beliau melipat tempat tidurnya dan
menjauhi isteri-isterinya (tidak menggauli mereka).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
beri'tikaf pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Orang yang beri'tikaf
tidak diperkenankan mendekati (menggauli) isterinya berdasarkan dalil dari nash
serta ijma'. Dan "mengencangkan kain" ditafsirkan dengan
bersungguh-sungguh dalam beribadah.
2.
Mengakhirkan
berbuka hingga waktu sahur.
Diriwayatkan dari Aisyah dan Anas uadhiallahu
'anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada malam-malam
sepuluh (akhir bulan Ramadhan) menjadikan makan malam (berbuka)nya pada waktu
sahur.Dalam hadits marfu' dari Abu Sa'id radhiallahu 'anhu, ia berkata :
"Janganlah kalian menyambung (puasa). Jika
salah seorang dari kamu ingin menyambung (puasanya) maka hendaknya ia menyambung
hingga waktu sahur (saja). " Mereka bertanya: "Sesungguhnya engkau
menyambungnya wahai Rasulullah ? "Beliau menjawab: "Sesungguhnya aku
tidak seperti kalian. Sesungguhnya pada malam hari ada yang memberiku makan dan
minum. "(HR. Al-Bukhari)
Ini menunjukkan apa yang dibukakan Allah atas
beliau dalam puasanya dan kesendiriannya dengan Tuhannya, oleh sebab munajat
dan dzikirnya yang lahir dari kelembutan dan kesucian beliau. Karena itulah
sehingga hatinya dipenuhi Al-Ma'ariful Ilahiyah (pengetahuan tentang Tuhan) dan
Al-Minnatur Rabbaniyah (anugerah dari Tuhan) sehingga mengenyangkannya dan tak
lagi memerlukan makan dan minum.
3.
Mandi antara
Maghrib dan Isya'.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah
radhiallahu 'anha :
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan manakala memasuki
sepuluh hari terakhir beliau mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari
(menggauli) isteri-isterinya, serta mandi antara Maghrib dan Isya."
Ibnu Jarir rahimahullah berkata, mereka
menyukai mandi pada setiap malam dari malam-malam sepuluh hari terakhir. Di
antara mereka ada yang mandi dan menggunakan wewangian pada malam-malam yang
paling diharapkan turun Lailatul Qadar.
Karena itu, dianjurkan pada malam-malam yang diharapkan
di dalamnya turun Lailatul Qadar untuk membersihkan diri, menggunakan wewangian
dan berhias dengan mandi (sebelumnya), dan berpakaian bagus, seperti
dianjurkannya hal tersebut pada waktu shalat Jum'at dan hari-hari raya.
Dan tidaklah sempurna berhias secara lahir
tanpa dibarengi dengan berhias secara batin. Yakni dengan kembali (kepada
Allah), taubat dan mensucikan diri dari dosa-dosa. Sungguh, berhias secara
lahir sama sekali tidak berguna, jika ternyata batinnya rusak.
Allah tidak melihat kepada rupa dan tubuhmu,
tetapi Dia melihat kepada hati dan amalmu. Karena itu, barangsiapa menghadap
kepada Allah, hendaknya ia berhias secara lahiriah dengan pakaian, sedang
batinnya dengan taqwa. Allah Ta'ala berfirman :
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. " (Al-A'raaf: 26).
4.
I'tikaf. Dalam
Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha :
Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah
mewafatkan beliau. "
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan
i'tikaf pada sepuluh hari terakhir yang di dalamnya dicari Lailatul Qadar untuk
menghentikan berbagai kesibukannya, mengosongkan pikirannya dan untuk
mengasingkan diri demi bermunajat kepada Tuhannya, berdzikir dan berdo'a
kepada-Nya.
Adapun makna dan hakikat i'tikaf adalah:
Memutuskan hubungan dengan segenap makhluk
untuk menyambung penghambaan kepada AI-Khaliq. Mengasingkan diri yang
disyari'atkan kepada umat ini yaitu dengan i'tikaf di dalam masjid-masjid,
khususnya pada bulan Ramadhan, dan lebih khusus lagi pada sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan. Sebagaimana yang telah dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam.
Orang yang beri'tikaf telah mengikat dirinya
untuk taat kepada Allah, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya, serta memutuskan
dirinya dari segala hal yang menyibukkan diri dari pada-Nya. Ia beri'tikaf
dengan hatinya kepada Tuhannya, dan dengan sesuatu yang mendekatkan dirinya
kepada-Nya. Ia tidak memiliki keinginanlain kecuali Allah dan ridha-Nya. Sembga
Alllah memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kita. (Lihat kitab Larhaa'iful
Ma'aarif, oleh Ibnu Rajab, him. 196-203) (www.muslimdaily.net)
Ø Sebab-Sebab Ampunan Di Bulan Ramadhan
SEBAB-SEBAB AMPUNAN DI BULAN RAMADHAN
Dalam bulan
Ramadhan banyak sekali sebab-sebab turunnya ampunan. Di antara sebab-sebab itu
adalah :
a.
Melakukan puasa
di bulan ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa puasa Ramadhan karena iman
dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu.
"(Hadits Muttafaq 'Alaih)
b.
Melakukan
shalat tarawih dan tahajiud di dalamnya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi ruasallam
bersabda:
"Barang siapa melakukan shalat malam di
bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosanya
yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)
c.
Melakukan
shalat dan ibadah lain di malam Lailatul Qadar.
Yaitu pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan. Ia adalah malam yang penuh berkah, yang di dalamnya diturunkan
Al-Qur'anul Karim. Dan pada malam itu pula dijelaskan segala urusan yang penuh
hikmah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa melakukan shalat di malam
Lailatul Qadar kavena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni
dosanya yang telah lalu . (Hadits Muttafaq 'Alaih)
d.
Memberi ifthar
(makanan untuk berbuka) kepada orang yang berpuasa. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang di dalamnya (bulan
Ramadhan) memberi ifthar kepada orang berpuasa, niscaya hal itu menjadi sebab)
ampunan dari dosa~osanya, dan pembebasan dirinya dari api Neraka. " (HR.
Ibnu Khuzaimah (dan ia menshahihkan hadits ini), Al-Baihaqi dan lainnya).
e.
Beristighfar :
Meminta ampunan serta berdo'a ketika dalam keadaan puasa, berbuka dan ketika
makan sahur. Do'a orang puasa adalah mustajab (dikabulkan), baik ketika dalam
keadaan puasa ataupun ketika berbuka Allah memerintahkan agar kita berdo'a dan
Dia menjamin mengabulkannya.
Allah berfirman :"Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdo'alah kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkannya untukmu .
"(Ghaafir: 60),Dan dalam sebuah hadits disebutkan:
"Ada tiga macam orang yang tidak ditolak
do'anya. Di antaranya disebutkan,"orang yang berpuasa hingga ia
berbuka" (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasaa'i dan Ibnu Majah). (Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih mereka masing-masing, dan
At-Tirmidzi mengatakannya hadits shahih hasan.)
Karena itu, hendaknya setiap muslim
memperbanyak, dzikir, do'a dan istighfar di setiap waktu, terutama pada bulan
Ramadhan, ketika sedang berpuasa, berbuka dan ketika sahur, di saat turunnya
Tuhan di akhir malam. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tuhan kami Yang Mahasuci dan Maha tinggi
turun pada setiap malam ke langit dunia, (yaitu) ketika masih berlangsung
sepertiga malam yang akhir seraya berfirman "Barangsiapa berdo'a
kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untuknya, barangsiapa memohon kepada-Ku,
niscaya Aku memberinya dan barangsiapa memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku
mengampuninya. " (HR.Muslim).
Di antara sebab-sebab ampunan yaitu istighfar
(permohonan ampun) para malaikat untuk orang-orang berpuasa, sampai mereka
berbuka. Demikian seperti disebutkan dalam hadits Abu Hurairah di muka, yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Jika sebab-sebab ampunan di bulan Ramadhan
demikian banyak, maka orang yang tidak mendapatkan ampunan di dalamnya adalah
orang yang memiliki seburuk-buruk nasib. Kapan lagi ia mendapatkan ampunan jika
ia tidak diampuni pada bulan ini? Kapan dikabulkannya (permohonan) orang yang
ditolak pada saat Lailatul Qadar? Kapan baiknya orang yang tidak menjadi baik
pada bulan Ramadhan? (www.muslimdaily.net)
Ø
RAHASIA DIBALIK PUASA
Sebagai
muslim yang sejati, kedatangan dan kehadiran Ramadhan yang mulia pada tahun ini
merupakan sesuatu yang amat membahagiakan kita. Betapa tidak, dengan menunaikan
ibadah Ramadhan, amat banyak keuntungan yang akan kita peroleh, baik dalam
kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
Disinilah
letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa sebagai salah satu
bagian terpenting dari ibadah Ramadhan.
Dr.
Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Al Ibadah Fil Islam mengungkapkan ada lima
rahasia puasa yang bisa kita buka untuk selanjutnya bisa kita rasakan
kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan.
1. Menguatkan
Jiwa.
Dalam
hidup hidup, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa
nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya meskipun
keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta merugikan
orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu
dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang
membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi.
Manakala dalam peperangan ini manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar
akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu itu akan
mengalihkan penuhanan dari kepada Allah Swt sebagai Tuhan yang benar kepada
hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada kesesatan. Allah memerintahkan
kita memperhatikan masalah ini dalam firman-Nya yang artinya: Maka pernahkah
kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (QS 45:23).
Dengan
ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang
membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian, manusia akan memperoleh
derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci dan ini akan membuatnya
mampu mengetuk dan membuka pintu-pintu langit hingga segala do’anya dikabulkan
oleh Allah Swt, Rasulullah Saw bersabda yang artinya:
Ada tiga
golongan orang yang tidak ditolak do’a mereka: orang yang berpuasa hingga
berbuka, pemimpin yang adil dan do’a orang yang dizalimi (HR. Tirmidzi).
2. Mendidik
Kemauan.
Puasa
mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan,
meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala. Puasa
yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik,
meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar.
Karena
itu, Rasulullah Saw menyatakan: Puasa itu setengah dari kesabaran. Dalam kaitan
ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang muslim semakin prima.
Kekuatan rohani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun
telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan
kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa
meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.
3. Menyehatkan
Badan.
Disamping
kesehatan dan kekuatan rohani, puasa yang baik dan benar juga akan memberikan
pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh
Rasulullah Saw, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli-ahli
kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu meragukannya lagi. Mereka
berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan
dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus
diistirahatkan, apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi
menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk
udara.
4. Mengenal
Nilai Kenikmatan.
Dalam
hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada
manusia, tapi banyak pula manusia yang tidak pandai mensyukurinya. Dapat satu
tidak terasa nikmat karena menginginkan dua, dapat dua tidak terasa nikmat
karena menginginkan tiga dan begitulah seterusnya. Padahal kalau manusia mau
memperhatikan dan merenungi, apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat
menyenangkan karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih
banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh.
Maka
dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang
kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh merasakan langsung betapa
besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Hal ini karena baru
beberapa jam saja kita tidak makan dan minum sudah terasa betul penderitaan
yang kita alami, dan pada saat kita berbuka puasa, terasa betul besarnya nikmat
dari Allah meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air. Disinilah letak
pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai
kenikmatan yang Allah berikan agar kita selanjutnya menjadi orang yang pandai
bersyukur dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi
jumlah memang sedikit dan kecil.
Rasa
syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah
atau paling tidak dari segi rasanya, Allah berfirman yang artinya: Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasati Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS 14:7).
5. Mengingat
dan Merasakan Penderitaan Orang Lain.
Merasakan
lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya
penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang
kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara
penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir. Dari sini, semestinya puasa
akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin
lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum teratasi, seperti penderitaan
saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di
Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di
Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina dan sebagainya.
Oleh
karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan
berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap
demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita.
Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita,
tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran
jiwa kita yang berkaitan dengan harta seperti gila harta, kikir dan sebagainya.
Allah berfirman yang artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka.
Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS 9:103) (www.muslimdaily.net)
Ø QIYAM RAMADHAN
Dalilnya:
1.
Dari Abu
Hurairah radhiallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa mendirikan shalat malam di
bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah) niscaya diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)
2.
Dari
Abdurrahman bin Auf radhiallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menyebut bulan Ramadhan seraya bersabda :
"Sungguh, Ramadhan adalah bulan yang diwajibkan
Allah puasanya dan kusunatkan shalat malamnya. Maka barangsiapa menjalankan
puasa dan shalat malam pada bulan itu karena iman dan mengharap pahala, niscaya
bebas dari dosa-dosa seperti saat ketika dilahirkan ibunya." (HR.
An-Nasa'i, katanya: yang benar adalah dari Abu Hurairah)," Menurut Al
Arna'uth dalam "Jaami'ul Ushuul", juz 6, hlm. 441, hadits ini hasan
dengan adanya nash-nash lain yang memperkuatnya.
Hukumny:
Qiyam Ramadhan (shalat malam Ramadhan) hukumnya
sunnah mu 'akkadah (ditekankan), dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan beliau anjurkan serta sarankan kepada kaum Muslimin. Juga
diamalkan oleh Khulafa' Rasyidin dan para sahabat dan tabi'in. Karena itu,
seyogianya seorang muslim senantiasa mengerjakan shalat tarawih pada bulan
Ramadhan dan shalat malam pada sepuluh malam terakhir, untuk mendapatkan
Lailatul Qadar
Keutamaannya:
Qiyamul lail (shalat malam) disyariatkan pada
setiap malam sepanjang tahun. Keutamaannya besar dan pahalanya banyak.
Firman Allah
Ta'ala :
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya
''( Maksudnya mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur, untuk
mengejakan shalat malam) , sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya dengan rasa
takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami berikan
kepada mereka. "(AsSajdah: 16).
Ini merupakan sanjungan dan pujian dari Allah
bagi orang-orang yang mendirikan shalat tahajjud di malam hari. Dan sanjungan
Allah kepada kaum lainnya dengan firman-Nya :
"Mereka sedikit sekali tidur di waktu
malam; dan di akhir-akhir malam mereka momohon ampun (kepada Allah). " (Adz-Dzaariyaat: 17-18).
"Dan
orang-orangyang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan
mereka." (Al-Furqaan:
64).
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi(dengan
mengatakan: Hadits ini hasan shahih dan hadist ini dinyatakan shahih oleh
Al-Hakim) dari Abdullah bin Salam, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda :
Wahai sekalian manusia, sebarkan salam, berilah
orang miskin makan, sambungkan tali kekeluargaan dan shalatlah pada waktu malam
ketika semua manusia tidur, niscaya kalian masuk Surga dengan selamat. "
Juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Bilal,
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Hendaklah kamu mendirikan shalat malam
karena itu tradisi orang-orang shalih sebelummu. Sungguh, shalat malam
mendekatkan dirimu kepada Tuhanmu, menghapuskan kesalahan, menjaga diri dari
dosa dan mengusirpenyakit dari tubuh" (Hadits ini dinyatakan shahih oleh Al-Hakim dan
Adz-Dzahabi menyetujuinya, 1/308),
Dalam hadits kaffarah dan derajat, Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Dan
termasuk derajat: memberi makan, berkata baik, dan mendirikan shalat malam
ketika orang-orang tidur':
dinyatakan shahih oleh Al-Bukhari dan At-Tirmidzi)" Lihat kitab Wazhaa'ifu
Ramadhan, oleh Ibnu Qaasim, hlm. 42, 43.
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasalllam:
"Sebaik-baik shalat setelah fardhu adalah
shalat malam. " (HR. Muslim).
Waktunya :
Shalat malam Ramnahaan mencakup shalat pada
permulaan malam dan pada akhir malam.
Shalat Tarawih:
Shalat tarawih terrnasuk qiyam Ramadhan. Karena
itu, hendaklah bersungguh-sungguh dan memperhatikannya serta mengharapkan
pahala dan balasannya dari Allah. Malam Ramadhan adalah kesempatan yang
terbatas bilangannya dan orang mu'min yang berakal akan memanfaatkannya dengan
baik tanpa terlewatkan.
Jangan sampai ditinggalkan shalat tarawih, agar
memperoleh pahala dan ganjarannya. Dan jangan pulang dari shalat tarawih
sebelum imam selesai darinya dan dari shalat witir, agar mendapatkan pahala
shalat semalam suntuk. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam :
"Barangsiapa mendirikan shalat malam
bersama imam sehingga selesai, dicatat baginya shalat semalam suntuk. " (HR. Para penulis kitab Sunan,dengan sanad
shahih) Lihat kitab Majalisu Syahri Ramndhan, oleh Syaikh Ibnu Utsaimin, him.
26-30.
Shalat tarawih adalah sunat, dilakukan dengan
berjama'ah lebih utama. Demikian yang masyhur dilakukan para sahabat, dan
diwarisi oleh umat ini dari mereka generasi demi generasi. Shalat ini tidak ada
batasannya. Boleh melakukan shalat 20 raka'at, 36 raka'at, 11 raka'at, atau 13
raka'at; semuanya baik. Banyak atau sedikitnya raka'at tergantung pada panjang
atau pendeknya bacaan ayat. Dalam shalat diminta supaya khusyu', bertuma'ninah,
dihayati dan membaca dengan pelan; dan itu tidak bisa dengan cepat dan
tergesa-gesa. Dan sepertinya lebih baik apabila shalat tersebut hanya dilakukan
11 raka'at.(Yaitu berdasarkan hadits Aisyah radiallahu'anha yang artinya :
" Tiadalah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menambah (rakaat), baik
di bulan Ramadhan atau (di bulan) lainya lebih dari sebelas rakaat". (HR.
Al-Bukhari dan An-Nasa'i) (www.muslimdaily.net)
Ø Puasa Yang Sempurna
Saudaraku kaum
muslimin, agar sempurna puasamu, sesuai dengan tujuannya, ikutilah
langkah-langkah berikut ini :
1.
Makanlah sahur,
sehingga membantu kekuatan fisikmu selama berpuasa; Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda :
"Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di
dalam sahur itu terdapat berkah. " HR.'Al-Bukhari dan Muslim)
"Bantulah (kekuatan fisikmu) untuk
berpuasa di siang hari dengan makan sahur, dan untuk shalat malam dengan tidur
siang " (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya)
Akan lebih utama jika makan sahur itu
diakhirkan waktunya, sehingga mengurangi rasa lapar dan haus. Hanya saja harus
hati-hati, untuk itu hendaknya Anda telah berhenti dari makan dan minum
beberapa menit sebelum terbit fajar, agar Anda tidak ragu-ragu.
Segeralah berbuka jika matahari benar-benar
telah tenggelam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Manusia senantiasa dalam kebaikan, selama
mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur . " (HR. Al-Bukhari,
I\luslim dan At-Tirmidz)
2.
Usahakan mandi
dari hadats besar sebelum terbit fajar, agar bisa melakukan ibadah dalam
keadaan suci.
3.
Manfaatkan
bulan Ramadhan dengan sesuatu yang terbaik yang pernah diturunkan didalamnya,
yakni membaca Al-Qur'anul Karim. Sesungguhnya Jibril 'alaihis salam pada setiap
malam di bulan Ramadhan selalu menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk
membacakan Al-Qur'an baginya. (HR. AL-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas
radhiallahu 'anhu).Dan pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada
teladan yang baik bagi kita.
4.
Jagalah lisanmu
dari berdusta, menggunjing, mengadu domba, mengolok-olok serta perkataan
mengada-ada. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa tidak meninggalkan pevkataan
dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan
minum." (HR. Al-Bukhari)
Hendaknya puasa tidak membuatmu keluar dari
kebiasaan. Misalnya cepat marah dan emosi hanya karena sebab sepele, dengan
dalih bahwa engkau sedang puasa. Sebaliknya, mestinya puasa membuat jiwamu
tenang, tidak emosional. Dan jika Anda diuji dengan seorang yang jahil atau
pengumpat, jangan Anda hadapi dia dengan perbuatan serupa. Nasihati dan
tolaklah dengan cara yang lebih baik. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Puasa adalah perisai, bila suatu hari
seseorang dari kama beupuasa, hendaknya ia tidak berkata buruk dan
berteriak-teriak. Bila seseorang menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata
'Sesungguhnya aku sedang puasa" (HR. Al- Bukhari, Muslim dan para penulis
kitab Sunan)
Ucapan itu dimaksudkanagar ia menahan diri dan
tidak melayani orang yang mengumpatnya Di samping, juga mengingatkan agar ia
menolak melakukan penghinaan dan caci-maki.
5.
Hendaknya Anda
selesai dari puasa dengan membawa taqwa kepada Allah, takut dan bersyukur
pada-Nya, serta senantiasa istiqamah dalam agama-Nya.
Hasil yang baik
itu hendaknya mengiringi Anda sepanjang tahun. Dan buah paling utama dari puasa
adalah taqwa, sebab Allah berfirman : "Agar kamu bertaqwa.
"(Al-Baqarah: 183)
Jagalah dirimu dari berbagai syahwat
(keinginan), bahkan meskipun halal bagimu. Hal itu agar tujuan puasa tercapai,
dan mematahkan nafsu dari keinginan. Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu
berkata :
"Jika kamu berpuasa, hendaknya berpuasa
pula pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan dosa-dosa,
tinggalkan menyakiti tetangga, dan hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang
pada hari kama beupuasa jangan pula kamu jadikan hari berbukamu sama dengan
hari kamu berpuasa."
Hendaknya makananmu dari yang halal. Jika kamu
menahan diri dari yang haram pada selain bulan Ramadhan maka pada bulan
Ramadhan lebih utama. Dan tidak ada gunanya engkau berpuasa dari yang halal,
tetapi kamu berbuka dengan yang haram. Perbanyaklah
bersedekah dan berbuat kebajikan. Dan hendaknya kamu lebih baik dan lebih
banyak berbuat kebajikan kepada keluargamu dibanding pada selain bulan
Ramadhan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paring
dermawan, dan beliau lebih dermawan ketika bulan Ramadhan.
Ucapkanlah bismillah ketika kamu berbuka seraya
berdo'a :"Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, dan atas rezki-Mu aku berbuka.
Ya Allah terimalah daripadaku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui "(44) (Lihat Mulhaq (bonus) Majalah Al WaLul Islami bulan
Ramadhan, 1390 H.hlm.38-40.) (www.muslimdaily.net)
Ø Pelajaran Dari Ayat-Ayat Tentang Puasa Ramadhan
1.
Umat Islam
wajib melakukan puasa Ramadhan.
2.
Kewajiban
bertaqwa kepada Allah dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi semua
larangan-Nya.
3.
Boleh berbuka
di bulan Ramadhan bagi orang sakit dan musafir. Keduanya wajib mengganti puasa
sebanyak bilangan hari mereka berbuka, pada hari-hari lain.
Firman Allah Ta 'ala :
"Maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-haui lain, "adalah dalil
wajibnya mengqadha' bagi orang yang berbuka pada bulan Ramadhan karena udzur,
baik sebulan penuh atau kurang, juga merupakan dalil dibolehkannya mengganti
hari-hari yang panjang dan panas dengan hari-hari yang pendek dan dingin atau
sebaliknya.
Tidak diwajibkan berturut-turut dalam
mengqadha' puasa Ramadhan, karena Allah Ta 'ala berfirman :"Maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari lain,
" tanpa mensyaratkan puasa secara berturut-turut. Maka, dibolehkan
berpuasa secara berturut-turut atau secara terpisah- pisah. Dan yang demikian
itu lebih memudahkan manusia.
4.
Orang yang
tidak kuat puasa karena tua atau sakit yang tidak ada harapan sembuh, wajib
baginya membayar fidyah; untuk setiap harinya memberi makan satu orang miskin.
Firman Allah Ta 'ala :"Dan berpuasa lebih
baik bagimu"
menunjukkan bahwa melakukan puasa bagi orang
yang boleh berbuka adalah lebih utama, selama tidak memberatkan dirinya.
5.
Di antara
keutamaan Ramadhan adalah, Allah mengistimewakannya dengan menurunkan Al-Qur'an
pada bulan tersebut, sebagai petunjuk bagi segenap hamba dan untuk mengeluarkan
mereka dari kegelapan menuju cahaya.
6.
Bahwa kesulitan
menyebabkan datangnya kemudahan. Karena itu Allah membolehkan berbuka bagi
orang sakit dan musafir.
7.
Kemudahan dan
kelapangan Islam, yang mana ia tidak membebani seseorang di luar kemampuannya.
8.
Disyari'atkan
mengumandangkan takbir pada malam 'Idul Fitri. Firman Allah Ta 'ala :
"Dan hendaklah kama mengagungkan Allah
(mengumandangkan takbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu. "
9.
Wajib bersyukur
kepada Allah atas berbagai karunia dan taufik-Nya, sehingga bisa menjalankan
puasa, shalat dan membaca Al-Qur'anul Karim, dan hal itu dengan mentaati-Nya
dan meninggalkan maksiat terhadap-Nya.
10. Anjuran berdo'a, karena Allah memerintahkannya
dan menjamin akan mengabulkannya.
Kedekatan Allah dari orang yang berdo'a
pada-Nya berupa dikabulkannya do'a, dan dari orang yang menyembah-Nya berupa
pemberian pahala.
Wajib memenuhi seruan Allah dengan beriman
kepada-Nya dan tunduk mentaati-Nya. Dan yang demikian itu adalah syarat
dikabulkannya do'a.
11. Boleh makan dan minum serta melakukan hubungan
suami isteri pada malam-malan bulan Ramadhan, sampai terbit fajar, dan haram
melakukannya pada siang hari. Waktu puasa adalah dari terbitnya fajar yang
kedua, hingga terbenamnya matahari.
12. Disyari'atkan i'tikaf di masjid-masjid. Yakni
diam di masjid untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan totalitas ibadah di
dalamnya. Ia tidak sah, kecuali dilakukan di dalam masjid yang di situ
diselenggarakan shalat lima waktu.
Diharamkan bagi orang yang beri'tikaf mencumbu
isterinya. Bersenggama merupakan salah satu yang membatalkan i'tikaf.
13. Wajib konsisten dengan mentaati
perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya. Allah Ta'ala berfirman
:"ltulah larangan-larangan Allah maka kamujangan mendekatinya."
Hikmah dari penjelasan ini adalah
terealisasinya taqwa setelah mengetahui dari apa ia harus bertaqwa (menjaga
diri).
14. Orang yang makan dalam keadaan ragu-ragu
tentang telah terbitnya fajar atau belum adalah sah puasanya, karena pada
asalnya waktu malam masih berlangsung.
15. Disunnahkan makan sahur, sebagaimana
disunnahkan mengakhirkan waktunya.
16. Boleh mengakhirkan mandi jinabat hingga
terbitnya fajar.
17. Puasa adalah madrasah rohaniyah, untuk melatih
dan membiasakan jiwa berlaku sabar. (Lihat kitab Al Ikliil Istinbaathit
Tanziil, oleh As-Suyuthi, hlm. 24-28; dan Taisirul Lathifill Mannaan, oleh Ibn
Sa'di, hlm. 56-58.) (www.muslimdaily.net)
Ø Membaca Al Quran di Bulan Ramadhan dan lainnya
Segala puji bagi Allah, yang telah menurunkan
kepada hamba-Nya kitab Al-Qur'an sebagai penjelasan atas segala sesuatu,
petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang muslim. Semoga shalawat dan
salam senantiasa tercurah kepada hamba dan rasul-Nya Muhammad, yang diutus
Allah sebagai rahmat bagi alam semesta.
Adalah ditekankan bagi seorang muslim yang
mengharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya untuk memperbanyak membaca
Al-Qur'anul Karim pada bulan Ramadhan dan buian-bulan lainnya untuk mendekatkan
diri kepada Allah Ta'ala, mengharap ridha-Nya, memperoleh keutamaan dan
pahala-Nya. Karena Al-Qur'anul Karim adalah sebaik-baik kitab, yang diturunkan
kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah dilahirkan kepada umat
manusia; dengan syari'at yang paling utama, paling mudah, paling luhur dan
paling sempurna.
Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap
orang muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya,
kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya
dan pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat.
Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca
Al-Qur'an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan
tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya " Maka barangsiapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. "
(Thaha:123),
Janganlah seorang muslim memalingkan diri dari
membaca kitab Allah, merenungkan dan mengamalkan isi kandungannya. Allah telah
mengancam orang-orang yang memalingkan diri darinya dengan firman-Nya :
"Barangsiapa
berpaling dari Al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di
hari Kiamat. " (Thaha : 100),
"Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan
buta. " (Thaha: 124),
Di antara keutamaan Al-Qur'an :
a.
Firman Allah Ta
'ala :
"Dan Kami
turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
" (An-Nahl: 89).
b.
Firman Allah
Ta'ala .
..
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang
menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. " (Al-Ma'idah:
15-16).
c.
Firman Allah Ta
'ala :
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi ouang-orang yang beriman.
" (Yunus: 57).
d.
Sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
"Bacalah
Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa 'at
bagi pembacanya. " (HR.
Muslim dari Abu Umamah).
e.
Dari An-Nawwas
bin Sam'an radhiallahu 'anhu, katanya : Aku mendengar Rasul shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda :
"Didatangkan
pada hari KiamatAl-Qur'an dan para pembacanya yang mereka itu dahulu
mengamalkannya di dunia, dengan didahului oleh surat Al Baqarah dan Ali Imran
yang membela pembaca kedua surat ini. " (HR, Muslim).
f.
Dari Utsman bin
Affan radhiallahu 'anhu, katanya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Sebaik-baik
kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya. " (HR. Al-Bukhar)
g.
Dari Ibnu
Mas'ud radhiallahu 'anhu, katanya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Barangsiapa
membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu
kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim
itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.
" (HR.
At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan shahih).
h.
Dari Abdullah
bin Amr bin Al 'Ash radhiallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda :
"Dikatakan
kepada pembaca Al-Qur'an: "Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan
sebagaimana yang telah kama lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada
akhir ayat yang kamu baca. "(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan
mengatakan: hadits hasan shahih).
i.
Dari Aisyah
radhiallahu 'anhu, katanya : Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Orang
yang membaca Al-Qur'an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia
lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah
membacanya baginya dua pahala. " (Hadits Muttafaq 'Alaih). Dua pahala, yakni
pahala membaca dan pahala susah payahnya.
j.
Dari Ibnu Umar
radhiallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Tidak
boleh hasut kecuali dalam dua perkaua, yaitu: orang yang dikaruniai Allah
Al-Qur'an lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang
dikaruniai Allah harta lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang "(Hadits Muttafaq 'Alaih). Yang dimaksud hasut
di sini yaitu mengharapkan seperti apa yang dimiliki orang lain. ( Lihat kitab
Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469.
Maka bersungguh-sungguhlah -semoga Allah
menunjuki Anda kepada jalan yang diridhaiNya untuk mempelajari Al-Qur'anul
Karim dan membacanya dengan niat yang ikhlas untuk Allah Ta'ala.
Bersungguh-sungguhlah untuk mempelajari maknanya dan mengamalkannya, agar
mendapatkan apa yang dijanjikan Allah bagi para ahli Al-Qur'an berupa keutamaan
yang besar, pahala yang banyak, derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi.
Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulu jika mempelajari sepuluh
ayat dari Al-Qur'an, mereka tidak melaluinya tanpa mempelajari makna dan cara
pengamalannya.
Dan perlu Anda ketahui, bahwa membaca Al-Qur'an
yang berguna bagi pembacanya, yaitu membaca disertai merenungkan dan memahami
maknanya, perintah-perintahnya dan larangan-larangannya. Jika ia menjumpai ayat
yang memerintahkan sesuatu maka ia pun mematuhi dan menjalankannya, atau
menjumpai ayat yang melarang sesuatu maka iapun meninggalkan dan menjauhinya.
Jika ia menjumpai ayat rahmat, ia memohon dan mengharap kepada Allah
rahmat-Nya; atau menjumpai ayat adzab, ia berlindung kepada
Allah dan takut akan siksa-Nya. Al-Qur'an itu
menjadi hujjah bagi orang yang merenungkan dan mengamalkannya; sedangkan yang
tidak mengamalkan dan memanfaatkannya maka Al-Qur'an itu menjadi hujjah
terhadap dirinya (mencelakainya).
Firman Allah Ta 'ala :
"lni adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya
dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran." (Shad: 29).
Bulan Ramadhan memiliki kekhususan dengan
Al-Qura'nul Karim, sebagaimana firman Allah: "Bulan Ramadhan, yang di
dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur'an ... "(Al-Baqarah: 185).
Dan dalam hadits shahih dari Ibnu Abbas,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Jibril pada bulan
Ramadhan setiap malam untuk membacakan kepadanya Al-Qur'anul Karim.
Hal itu
menunjukkan dianjurkannya mempelajari Al-Qur'an pada bulan Ramadhan dan
berkumpul untuk itu, juga membacakan Al-Qur'an kepada orang yang lebih hafal.
Dan juga menunjukkan dianjurkannya memperbanyak bacaan Al-Qur'an pada bulan
Ramadhan.
Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid
untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda :
"Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah
satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara
mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi rahmat,
dikerumuni para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat di
hadapan-Nya. " (HR. Muslim).
Ada dua cara untuk mempelajari Al-Qur'anul
Karim:
1.
Membaca ayat
yang dibaca sahabat Anda.
2.
Membaca ayat
sesudahnya. Namun cara pertama lebih baik.
Dalam hadits Ibnu Abbas di atas disebutkan pula
mudarasah antara Nabi dan Jibril terjadi pada malam hari. Ini menunjukkan
dianjurkannya banyak-banyak membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan pada malam
hari, karena malam merupakan waktu berhentinya segala kesibukan, kembali
terkumpulnya semangat dan bertemunya hati dan lisan untuk merenungkan. Seperti
dinyatakan dalam firman Allah :
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah
lebih tepat (untuk khusyu '), dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. "(Al-Muzzammil: 6).
Disunatkan membaca Al-Qur'an dalam kondisi
sesempurna mungkin, yakni dengan bersuci, menghadap kiblat, mencari waktu-waktu
yang paling utama seperti malam, setelah maghrib dan setelah fajar.
Boleh membaca sambil berdiri, duduk, tidur,
berjalan dan menaiki kendaraan. Berdasarkan firman Allah :
"(Yaitu) orang-orang yang dzikir kedada
Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring... "(A1'Imran: 191). Sedangkan Al-Qur'anul Karim
merupakan dzikir yang paling agung.
KADAR BACAAN YANG DISUNATKAN
Disunatkan mengkhatamkan Al-Qur'an setiap
minggu, dengan setiap hari' membaca sepertujuh dari Al-Qur'an dengan melihat
mushaf, karena melihat mushaf merupakan ibadah. Juga mengkhatamkannya kurang
dari seminggu pada waktu-waktu yang mulia dan di tempat-tempat yang mulia,
seperti: Ramadhan, Dua Tanah Suci dan sepuluh hari Dzul Hijjah karena
memanfaatkan waktu dan tempat. Jika membaca Al-Qur'an khatam dalam setiap tiga
hari pun baik, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada
Abdullah bin Amr :
"Bacalah Al-Qur'an itu dalam setiap tiga
hari "( Lihat kitab
Fadhaa'ilul qur'an, oleh Ibnu Katsir, him. 169-172 dan Haasyiatu Muqaddimatit
Tafsiir, oleh Ibnu Qaasim, hlm. 107.)
Dan makruh menunda khatam Al-Qur'an lebih dari
empat puluh hari, bila hal tersebut dikhawatirkan membuatnya lupa. Imam Ahmad
berkata : "Betapa berat beban Al-Qur'an itu bagi orang yang menghafalnya
kemudian melupakannya."
Dilarang bagi yang berhadats kecil maupun besar
menyentuh mushaf, dasarnya firman Allah Ta 'ala :
"Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba
yang disucikan. "(Al-Waqi'ah:
79).
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wassallam :
"Tidak dibenarkan menyentuh Al-Qur'an ini
kecuali orang yang suci. " (HR. Malik dalam Al-Muwaththa,Ad-Daruquthni
dan lainnya)" (Hai ini diperkuat hadits Hakim bin Hizam yang lafazhnya:
"Jangan menyentuh Al-qur'an kecuali jika kamu suci." (HR.
Ath-Thabrani dan Al-Hakim dengan menyatakannya shahih).
AL-QUR'ANUL KARIM SYARI'AT SEMPURNA
Asy-Syathibi dalam kitab Al-Muwaafaqaat
mengatakan : "Sudah menjadi kesepakatan bahwa kitab yang mulia ini adalah
syari'at yang sempurna, sendi agama, sumber hikmah, bukti kerasulan, cahaya
penglihatan dan hujjah. Tiada jalan menuju Allah selainnya, tiada keselamatan
kecuali dengannya dan tidak ada yang dapat dijadikan pegangan sesuatu yang
menyelisihinya. Kalau demikian halnya, mau tidak mau bagi siapa yang hendak
mengetahui keuniversalan syariat, berkeinginan mengenal tujuan-tujuannya serta
mengikuti jejak para ahlinya harus menjadikannya sebagai kawan bercakap dan
teman duduknya sepanjang siang dan malam dalam teori dan praktek; maka dekat
waktunya ia mencapai tujuan dan menggapai cita-cita serta mendapati dirinya
termasuk orang-orang pendahulu, dan dalam rombongan pertama jika ia mampu. Dan
tidaklah mampu atas hal itu kecuali orang yang senantiasa menggunakan apa yang
dapat membantunya, yaitu sunnah yang menjelaskan kitab ini. Selainnya, adalah
ucapan para imam terkemuka dan salaf pendahulu yang dapat membimbingnya dalam
tujuan yang mulia ini." ( Lihat AI Muwafaqaat, oleh Asy-Syathibi, 31224.)
HUKUM MELAGUKAN AL-QUR'AN
Pembaca dan pendengar Al-Qur'an yang hatinya
disibukkan dengan lagu dan sejenisnya -yang dapat mengakibatkan perubahan
firman Allah, padahal kita diperintahkan untuk memperhatikannya sebenamya
menghalangi hatinya dari apa yang dikehendaki Allah dalam kitab-Nya,
memutuskannya dari pemahaman firman-Nya. Mahasuci firman Allah dari hal itu
semua. Imam Ahmad melarang talhin dalam membaca Al-Qur'an, yaitu yang
menyerupai lagu, beliau berkata : "Itu bid'ah.
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Fadhaa 'ilul
Qur'an mengatakan: "Sasaran yang diminta menurut syara' tiada lain yaitu
memperindah suara yang dapat mendorong untuk merenungkan dan memahami Al-Qur'an
yang mulia dengan khusyu', tunduk, dan patuh penuh ketaatan. Adapun suara-suara
dengan lagu yang diada-adakan yang terdiri atas nada dan irama yang melalaikan,
serta aturan musikal, maka Al-Qur'an adalah suci; dari hal ini dan tak layak
jika dalam membacanya diperlakukan demikian." (Lihat kitab Fadhaa'ilul
qur'an, oleh Ibnu Katsir, him. 125-126.)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:
"Irama-irama yang dilarang para ulama untuk membaca Al-Qur'an yaitu yang
dapat memendekkan huruf yang panjang, memanjangkan yang pendek, menghidupkan
huruf yang mati dan mematikan yang hidup. Mereka lakukan hal itu supaya sesuai
dengan irama lagu-lagu yang merdu. Jika hal itu dapat mengubah aturan Al-Qur'an
dan menjadikan harakat sebagai huruf, maka haram hukumnya. (Lihat Haasyiatu
Muqaddimatit Tafsiir, oleh Ibnu Qaasim, him. 107). (www.muslimdaily.net)
Ø Keutamaan Puasa Syawal
KEUTAMAAN PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWAL
Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu 'anhu
meriwayatkan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan
Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka
(pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun . (HR. Muslim).
Imam Ahmad dan An-Nasa'i, meriwayatkan dari
Tsauban, Nabi shallallahu 'alaihi wasalllam bersabda:
"Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding
dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal,
pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka itulah bagaikan berpuasa
selama setahun penuh."
( Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam "Shahih"
mereka.)
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadham lantas
disambung dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa
selama setahun. "
(HR. Al-Bazzar) (Al Mundziri berkata: "Salah satu sanad yang befiau miliki
adalah shahih.")
Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan
puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, karena
setiap hasanah (tebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah
disinggung dalam hadits Tsauban di muka.
Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki
banyak manfaat, di antaranya :
1.
Puasa enam hari
di buian Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala
dari puasa setahun penuh.
2.
Puasa Syawal
dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari
kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan
disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana
keterangan yang datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di berbagai
riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki
kekurangan dan ketidak sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang
menutupi dan menyempurnakannya.
3.
Membiasakan
puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan, karena apabila
Allah Ta'ala menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam
meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan:
"Pahala'amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh
karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan
kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang
melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan
tanda tertolaknya amal yang pertama.
4.
Puasa Ramadhan
-sebagaimana disebutkan di muka- dapat mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa
masa lain. Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari
Raya'ldul Fitri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa
setelah 'Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh
tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.
Oleh
karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas
pertolongan dan ampunan yang telah dianugerahkan kepadanya adalah dengan
berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi jika ia malah menggantinya dengan perbuatan
maksiat maka ia termasuk kelompok orang yang membalas kenikmatan dengan
kekufuran. Apabila ia berniat pada saat melakukan puasa untuk kembali melakukan
maksiat lagi, maka puasanya tidak akan terkabul, ia bagaikan orang yang
membangun sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali. Allah Ta'ala
berfirman: "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan
benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali
"(An-Nahl: 92)
5.
Dan di antara
manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah amal-amal yang dikerjakan seorang
hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan Ramadhan tidak terputus
dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup.
Orang yang setelah Ramadhan berpuasa bagaikan
orang yang cepat-cepat kembali dari pelariannya, yakni orang yang baru lari
dari peperangan fi sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak sedikit manusia
yang berbahagia dengan berlalunya Ramadhan sebab mereka merasa berat, jenuh dan
lama berpuasa Ramadhan.
Barangsiapa merasa demikian maka sulit baginya
untuk bersegera kembali melaksanakan puasa, padahal orang yang bersegera
kembali melaksanakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bukti kecintaannya
terhadap ibadah puasa, ia tidak merasa bosam dan berat apalagi benci.
Seorang Ulama salaf ditanya tentang kaum yang
bersungguh-sungguh dalam ibadahnya pada bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan
berlalu mereka tidak bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar:
"Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak
mengenal Allah secara benar kecuali di bulan Ramadhan saja, padahal orang
shalih adalah yang beribadah dengan sungguh-sunggguh di sepanjang tahun."
Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki
hutang puasa Ramadhan memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu
mempercepat proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian
dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah melakukan
puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.
Ketahuilah, amal perbuatan seorang mukmin itu
tidak ada batasnya hingga maut menjemputnya. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang
kepadamu yang diyakini (ajal) " (Al-Hijr: 99)
Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan
puasa sunnah serta sedekah yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan
diri kepada Allah Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah disyari'atkan sepanjang
tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat, di antaranya; ia
sebagai pelengkap dari kekurangan yang terdapat pada fardhu, merupakan salah
satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba-Nya,
sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapusnya dosa dan
dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.
Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan,
shalawat dan salam semoga tercurahkan selalu ke haribaan Nabi, segenap keluarga
dan sahabatnya. (www.muslimdaily.net)
Ø Keutamaan Bulan Ramadhan dan Puasa Ramadhan
KEUTAMAAN BULAN
RAMADHAN
1.
Dari Abu
Hurairah: Adalah Rasulullah SAW memberi khabar gembira kepada para sahabatnya
dengan bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang
diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu
Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat
pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak
memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan
An-Nasa'i)
2.
Dari Ubadah bin
AshShamit, bahwa Rasulullah bersabda:
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan,
bulan keberkahan, AIlah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat,
menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu
pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah
kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah
yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini." HR.Ath-Thabrani, dan para periwayatnya
terpercaya). Al-Mundziri berkata: "Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan
Al-Baihaqi, keduanya dari Abu Qilabah, dari Abu Hurairah, tetapi setahuku dia
tidak pemah mendengar darinya."
3.
Dari Abu
Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam
bersabda:
"Umatku pada bulan Ramadhan diberi lima
keutamaan yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kesturi, para malaikat
memohonkan ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka, Allah Azza Wa Jalla
setiap hari menghiasi Surga-Nya lalu berfirman (kepada Surga),'Hampir tiba
saatnya para hamba-Ku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita serta mereka
menuju kepadamu, 'pada bulan ini para jin yang jahat diikat sehingga mereka
tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya, dan diberikan kepada ummatku
ampunan pada akhir malam. "Beliau ditanya, 'Wahai Rasulullah apakah malam
itu Lailatul Qadar' Jawab beliau, 'Tidak. Namun ovang yang beramal tentu diberi
balasannya jika menyelesaikan amalnya.' " (HR. Ahmad)'"
Isnad hadits tersebut dha'if, dan di antara
bagiannya ada nash-Nash lain yang memperkuatnya.
KEUTAMAAN PUASA
A.
Dalil:
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi bersabda:
"Setiap amal yang dilakukan anak Adam
adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai
tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, 'Kecuali puasa, itu untuk-Ku
dan Aku yang langsung membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan
minumnya karena-Ku.' Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu
kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya.
Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kesturi."
B.
Bagaimana
ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah
Perlu diketahui, bahwa ber-taqarrub kepada
Allah tidak dapat dicapai dengan meninggalkan syahwat ini -yang selain dalam
keadaan berpuasa adalah mubah- kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan
meninggalkan apa yang diharamkan Allah dalam segala hal, seperti: dusta,
kezhaliman dan pelanggaran terhadap orang lain dalam masalah darah, harta dan
kehormatannya. Untuk itu, Nabi bersabda : "Barangsiapa tidak meninggalkan
perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh dengan puasanya dari makan
dan minum." (HR. Al-Bukhari).
Inti pernyataan ini, bahwa tidak sempurna
ber-taqarrub kepada Allah Ta'ala dengan meninggalkan hal-hal yang mubah kecuali
setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan hal-hal yang haram.
Dengan demikian, orang yang melakukan hal-hal
yang haram kemudian ber-taqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang
mubah, ibaratnya orang yang meninggalkan hal-hal yang wajib dan ber-taqarrub
dengan hal-hal yang sunat.
Jika seseorang dengan makan dan minum berniat
agar kuat badannya dalam shalat malam dan puasa maka ia mendapat pahala
karenanya. Juga jika dengan tidurnya pada malam dan siang hari berniat agar
kuat beramal (bekerja) maka tidurnya itu merupakan ibadah.
Jadi orang yang berpuasa senantiasa dalam
keadaan ibadah pada siang dan malam harinya. Dikabulkan do'anya ketika berpuasa
dan berbuka. Pada siang harinya ia adalah orang yang berpuasa dan sabar, sedang
pada malam harinya ia adalah orang yang memberi makan dan bersyukur.
C.
Syarat
mendapat pahala puasa:
Di antara syaratnya, agar berbuka puasa dengan
yang halal. Jika berbuka puasa dengan yang haram maka ia termasuk orang yang
menahan diri dari yang dihalalkan Allah dan memakan apa yang diharamkan Allah,
dan tidak dikabulkan do'anya.
Orang berpuasa yang berjihad :
Perlu diketahui
bahwa orang mukmin pada bulan Ramadhan melakukan dua jihad, yaitu :
1.
Jihad untuk
dirinya pada siang hari dengan puasa.
2.
Jihad pada
malam hari dengan shalat malam.
Barangsiapa yang memadukan kedua jihad ini,
memenuhi segala hak-haknya dan bersabar terhadapnya, niscaya diberikan
kepadanya pahala yang tak terhitung. Lihat Lathaa'iful Ma 'arif, oleh Ibnu
Rajab, him. 163,165 dan 183. (www.muslimdaily.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar