Ø Pentingnya kejujuran
ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻲ
ﻤﺤﻤﺪ ﺍﻟﺤﺴﻴﻧﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻴﻰ ﺑﻦ ﺍﺑﻰ ﻁﺍﻠﺐ ﺭﻀﻴﻰ ﺍﷲ ﻋﻧﮭﻤﺍ ﻗﺍﻞ : ﺤﻔﻇﺖ ﻤﻦ ﺭﺴﻮﻞ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ
ﻋﻠﻴﮫ ﻮﺴﻟﻡ : ﺪﻉ ﻤﺍ ﻳﺮﺒﻴﻙ ﺇﻠﻰ ﻤﺍﻳﺮﻴﺒﻙ ﻓﺇﻦ ﺍﻠﺼﺪﻖ ﻂﻤﺃﻨﻴﻨﺔ ﻭﺍﻟﻜﺬﺐ ﻳﺮﻴﺒﻙ ﴿ ﺮﻮﮦ
ﺍﻟﺘﺭﻤﺫﻱ ﴾
Artinya: ”Abu
Muhammad bin Abi Thalib ra berkata: Saya telah hafal dari Rosulullah SAW
tinggalkan apa yang engkau ragukan kepada apa yang tidak engkau ragu-ragukan
(Kerjakan apa yang tidak engkau ragu-ragukan) sesungguhnya kebenaran membawa
ketenangan, dan dusta itu menimbulkan keragu-raguan.”[1]
(HR. At-Tirmidzi)
o
Penjelasan Isi Hadits
Hadits
di atas tersebut merupakan pokok sendi dalam mengerjakan sesuatu, sehingga
segala perbuatan ibadah yang tidak di sertai keyakinan sungguh-sungguh, tidak
sah hukumnya. Maka harus semua yang dikerjakan itu benar-benar menurut perintah
Allah SWT,
atau Rasullah SAW.
Ø Korelasi kejujuran dengan kebajikan
ﻋﻥ ﻋﺒﺪ ﺃﷲ ﺑﻦ ﻤﺴﻌﺪ ﺭﻀﻴﻰ ﺍﷲ ﻋﻧﮫ , ﻋﻥ ﻨﺑﻲ ﺻﻠﻰ ﺃﷲ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺴﻠﻡ ﻗﺍﻝ : ﺇﻦ ﺍﻠﺻﺪﻖ ﻴﻬﺪﻯ ﺇﻠﻰ ﺍﻠﺠﻨﮫ ﻭﺇﻦ ﺍﻠﺮﺟﻞ ﻠﻴﺼﺪﻖ ﺤﺘﻰ ﻴﮑﻮﻦ ﺼﺪﻴﻘﺍ . ﻮﺇﻦ ﺍﻠﮎﺫﺐ
ﻴﮭﺪﻯ ﺇﻠﻰ ﺍﻠﻔﺠﻮﺮ ﻮﺇﻦ ﺍﻠﻔﺠﻭﺮ ﻴﮭﺪﻯ ﺇﻠﻰ ﺍﻠﻨﺍﺮ ﻭﺇﻦ ﺍﻠﺮﺠﻞ ﻠﻴﮏﺫ ﺤﺘﻰ ﻴﮏﺘﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﷲ
ﺍﻠﮓﺫﺍﺒﺍ . ﴿ ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻠﺒﺧﺍﺮﻯ ﻓﻰ٧٨ کتاب
اﻷﺪب ٦٩ﺑﺍﺏ ﻗﻭﻝ ﺃﷲ ﺘﻌﻠﻰ :
ﻴﺍﺃﻴﮭﺍﺍﻠﺫﻴﻦ ﺃﻤﻧﻮﺍ ﺇﺗﻗﻮﺍ ﺍﷲ ﻮﮎﻮﻧﻮ ﺍﻤﻊ ﺍﻟﺼﺍﺪﻗﻴﻦ ).
Artinya: “Abudllah
bin Mas’ud r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya benar (jujur) itu
menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga, dan sesorang itu
berlaku benar sehingga tercatat di sisi Allah seorang siddiq (yang sangat jujur
benar). Dan dusta menuntun kepada lancung (curang), dan curang itu menuntun
kedalam neraka. Dan seorang itu berdusta sehingga tercatat di sisi Allah
sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim).
o
Penjelasan Isi Hadits
Hadits di
atas adalah salah satu pokok sendi yang menuntut setiap orang untuk selalu
jujur dalam setiap perbuatan karena kejujuran selalu berbuah kebaikan dan
ketentraman rohani sehingga membuat hidup kita sejahtera di dunia maupun
diakhirat, sedangkan dusta selalu berbuah kontradiktif dari kejujuran itu
sendiri.
Ø
Jaminan Allah terhadap orang yang jujur
ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻲ ﻫﺮﻴﺭﺓ ﺮﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ ﻋﻦ
ﺍﻟﻧﺑﯥ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﮫ
ﻮﺴﻟﻢ ﻗﺍﻝ : ﻤﻦ ﺃﺧﺫ ﺃﻤﻮﻝ ﺍﻟﻧﺍﺱ ﻴﺮﻴﺪ ﺃﺪﺃﺀﮬﺍ ﺃﺪﺍﻯ ﺃﷲ ﻋﻧﮫ ﻮﻤﻥ ﺃﺨﺬﻫﺍ ﻴﺭﻴﺪ ﺇﺗﻼﻓﮭﺍ
ﺇﺗﻟﻓﮫ ﺍﷲ( ﺮﻮﺍﮦ ﺍﻠﺑﺧﺍﺮﻯ ﺯﺍﺑﻦ ﻤﺍﺠﮫ ﻮﺨﻴﺭ
ﮬﻤﺍ ﴾
Artinya: Dari Abu
Hurairah r.a. dari Nabi SAW beliau bersabda: “Barang siapa mengambil
harta-harta manusia (pinjam harta benda kepada orang lain), dengan kehendak
akan membayarnya, niscaya Allah akan mengembalikan atau membayar daripadanya.
Dan barang siapa mengambil harta manusia dengan maksud tidak akan membayarnya,
niscaya Allah membinasakannya” (H.R Bukhari, Ibnu majah dan lain-lainnya).
o
Penjelasan Isi Hadits
Hadits
di atas menjelaskan tentang hutang atau pinjam, artinya: “ Harta benda orang lain yang ada dalam tanggungan kita karena di
pinjamkan atau di hutangkan kepada kita oleh pemiliknya, dengan janji akan
dibayarkannya pada suatu waktu.”
Hutang itu termasuk juga “Qaradh”
(pinjam barang) dan ”Salam” (menjual benda dengan terus menerima harganya
sedang barangnya diberikan pada waktu yang ditentukan dalam perjanjian). Hutang
yang tertentu waktu membayarnya disebut “dain” dan yang tidak dinamai “Qaradh”
(dain adalah hutang dibayar sebandingnya, dan qaradh diganti barangnya).
Syara’ memerintahkan supaya kita
menyelesaikan hutang-hutang kita dari manusia. Diantara orang ada yang pinjam
uang kepada orang lain untuk mencukupi keperluannya dengan maksud akan
mengembalikan pada waktu yang dijanjiakan atau jika dia punya uang. Maka kepada
orang seperti ini Allah akan mengabulkan bisa mengembalikan pinjamannya dan
membuka pintu rizki baginya yang tidak dia perkirakan sebagai balasan maksud
baiknya dan niatnya yang terpuji. Betul-betul kemauan dan niat itu mempunyai
pengaruh untuk memeperoleh rizki dan mendorong orang untuk membuka berbagai
usaha dan mencari macam-macam jalan untuk mendapatkan kekayaan, sehingga dia
mendapatkan petunjuk jalan dan bisa membayar hutang-hutangnya. Intinya ada niat
yang baik dan kemauan yang jujur mempunyai pengaruh di dalam usaha mencari
rizki dan memperoleh petunjuk bagi jalan-jalannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar