Kehidupan
Ayah Natsir bekerja sebagai pegawai
pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan kakeknya seorang ulama. Natsir
merupakan pemangku adat untuk kaumnya yang berasal dari Maninjau, Agam dengan
gelar Datuk Sinaro Panjang. Ketika kecil, Natsir belajar di HIS Solok serta di sekolah agama Islam yang dipimpin oleh para
pengikut Haji
Rasul. Tahun 1923-1927 Natsir mendapat beasiswa untuk
sekolah di MULO, dan kemudian melanjutkan ke AMS Bandung hingga tamat pada
tahun 1930. Di Bandung, Natsir berinteraksi dengan para aktivis
pergerakan nasional antara lain Syafruddin
Prawiranegara, Mohammad
Roem dan Sutan
Syahrir. Pada tahun 1932, Natsir berguru pada Ahmad Hassan, yang kelak menjadi tokoh organisasi Islam Persis. Dengan keunggulan spritualnya, beliau banyak menulis
soal-soal agama, kebudayaan, dan pendidikan.
Mosi Integral
Tanggal 5 April 1950 Natsir mengajukan
mosi intergral dalam sidang pleno parlemen, yang secara aklamasi diterima oleh
seluruh fraksi. Mosi ini memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam Negara
Kesatuan RI (NKRI), yang sebelumnya berbentuk serikat. Karena prestasi inilah
Natsir diangkat menjadi perdana menteri. Bung Karno menganggap Natsir mempunyai
konsep untuk menyelamatkan Republik melalui konstitusi.[1]
Jabatan
Pada masa revolusi kemerdekaan, Natsir
pernah menjabat Wakil Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), yang waktu
itu ketuanya dijabat oleh Assaat
Datuk Mudo, dan beberapa kali menjadi Menteri Penerangan.
Natsir banyak berjasa untuk perkembangan
dakwah Islam dan termasuk diantara sedikit tokoh Indonesia dengan reputasi
internasional. Dia pernah menjabat presiden Liga Muslim se-Dunia (World
Moslem Congress), ketua Dewan Mesjid se-Dunia, anggota Dewan Eksekutif
Rabithah Alam Islamy yang berpusat di Mekkah.
Sebagai mubaligh, Natsir mendirikan Dewan Dakwah Islamiah Indonesia, yang
mengirimkan mubaligh ke seluruh Indonesia.
Gelar Kehormatan (Gelar
Pahlawan Nasional)
Gelar pahlawan nasional diberikan kepada
Muhammad Natsir bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November
2008.[2]
Gelar Akademis
Akhir tahun 1979 Raja Fadh dari Arab
Saudi memberi anugerah Faisal Award melalui
King Faisal Foundation di Riyadh, bersama mufti Palestina. Sebelumnya tahun 1967,
Universitas Islam Libanon memberi gelar Doctor Honoris Causa bidang politik
Islam. Tahun 1991, gelar kehormatan yang sama dianugerahkan Universiti Kebangsaan Malaysia.
Catatan
- Padang Ekspress http://www.padangekspres.co.id/content/view/22317/55/
- Presiden Anugerahkan Gelar Pahlawan untuk Tiga Tokoh Tempo Interaktif, 7 November 2008
Referensi:
-
Dari Wikipedia bahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar