A. Kehidupan
dan Karyanya
Nama beliau adalah Abu Bakr Muhammad
bin Abdul Malik bin Muhammad bin Muhammad bin Tufail, pemuka besar pertama
pemikiran filosofis Muwahhid dari Spanyol. Beliau lahir pada dekade pertama
abad ke-6 H/ke-12 M di Guadix, propinsi Granada, ia termasuk dalam keluarga
suku Arab terkemuka, Qais.
Beliau memulai karirnya sebagai dokter
praktek di Granada, dan lewat ketenarannya dalam jabatan itu dia diangkat
menjadi sekretaris gubernur di propinsi tersebut. Kemudian pada tahun 549
H/1154 M, ia menjadi sekretaris pribadi gubernur Ceuta dan Tangier, putra Abd
al-Mu’min, penguasa Muwahhid Spanyol pertama yang merebut Maroko pada tahun 542
H/1147 M. Akhirnya, ia menduduki jabatan dokter tertinggi dan menjadi qadhi
(hakim) di pengadilan serta wazir khalifah Muwahhid Abu Ya’qub Yusuf (558
H/1163 M – 580 H/1184 M).
Ibnu Tufail adalah seorang dokter,
filosof, ahli matematika, dan penyair yang sangat terkenal dari Muwahhid
Spanyol, tetapi sayangnya hanya sedikit sekali karya-karyanya yang dikenal
orang. Ibnu Abi Usaibi’ah menganggap fi al-Buqa’ al-Maskunah wal Ghair
al-Maskunah adalah sebagai karyanya. Kemudian Miguel Casiri menyebutkan dua karyanya
yang masih ada, yaitu : Risalah Hayy Ibnu Yaqzan dan Asrar al-Hikmah
al-Mashriqiyyah (yang ini disebut naskah).
B.
Doktrin-doktrin
Dunia
Apakah dunia itu kekal, atau diciptakan
dari ketiadaan atas kehandak-Nya?. Inilah salah satu masalah penting yang paling
menantang dalam filosofis muslim. Ibnu Tufail sejalan dengan kemahiran
dialektisnya menghadapi masalah itu dengan tepat. Dia tidak menganut slah satu
doktrin saingannya, dan dia juga tidak berusaha mendamaikan mereka. Dilain
pihak dia mengecam dengan pedas pengikut Aristoteles dan sikap-sikap teologis.
Kekekalan dunia melibatkan konsp
eksistensi tak terbatas. Eksistensi semacam itu tidak dapat lepas dari
kejadian-kejadian yang diciptakan dan tidak mungkin ada sebelum
kejadian-kejadian yang tercipta itu pasti tercipta secara lambat laun.
Menurut Al-Ghazali, ia mengemukakan
bahwa gagasan mengenai kemaujudan sebelum ketidak maujudan tidak dapat difahami
tanpa anggapan bahwa waktu itu telah ada sebelum dunia ada, akan tetapi waktu
itu sendiri merupakan suatu kejadian tak terpisahkan dari dunia, dan karena itu
kemaujudannya mendahului kemaujudan dunia.
Segala yang tercipta pasti membutuhkan
pencipta. Tidak ada sesuatupun ada sebelum Dia, dan segala sesuatu pasti ada
dan akan terjadi atas kehendak-Nya.
Antinomi (kontradiksi antar prinsip)
ini dengan jelas menerangkan bahwa kemampuan nalar (Kant) ada batasnya dan
argumentasinya akan mendatangkan kontradiksi yang membingungkan.
Tuhan
Penciptaan dunia yang lambat laun itu
mensyaratkan adanya satu pencipta yang mesti bersifat immaterial, sebab materi
yang merupakan suatu kejadian dunia diciptakan oleh satu pencipta. Dunia tak
bisa maujud dengan sendirinya, pasti dan harus ada penciptanya.
Jika Tuhan bersifat material, maka akan
membawa suatu kemunduran yang tiada akhir. Oleh karena itu, dunia ini pasti
mempunyai pencipta yang tidak berwujud benda, dan karena Dia bersifat
immaterial, maka kita tidak bisa mengenali-Nya lewat indera kita atau lewat
imajinasi. Sebab imajinasi hanya menggambarkan hal-hal yang dapat ditangkap
oleh indera.
Kosmologi Cahaya
Manifestasi kemajemukan kemaujudan dari
yang satu dijelaskan dalam gaya Neo-Platonik yang monoton, sebagai tahap
berurutan pemancaran yang berasal dari cahaya Tuhan.
Proses tersebut pada prinsipnya sama
dengan refleksi terus menerus cahaya matahari pada cermin. Cahaya matahari yang
jatuh pada cermin menunjukkan kemajemukan. Semua itu merupakan pantulan cahaya
matahari, bukan matahari itu sendiri, juga bukan cermin itu sendiri. Hal yang
sama berlaku juga pada cahaya pertama (Tuhan) beserta perwujudannya di dalam
kosmos.
Epistimologi
Jiwa dalam tahap awalnya bukanlah suatu
tabula rasa atau papan tulis kosong. Melainkan Imaji Tuhan telah tersirat
didalamnya sejak awal, tetapi untu menjadikannya tampak nyata, kita perlu memulai
denga pikiran yang jernih tanpa prasangka.
Pengalaman merupakan suatu proses
mengenal lingkungan lewat indera. Organ-ogan indra ini berfungsi berkat jiwa
yang ada dalam hati. Pengamatan memberi kita pengetahuan mengenai benda-benda
yang induktif, dengan alat pembanding dan pembedanya dikelompokkan menjadi
mineral, tanaman, dan hewan. Setiap kelompok benda ini memperlihatkan
fungsi-fungsi tertentu yang membuat kita menerima bentuk-bentuk atau jiwa-jiwa
sebagai penyebab fungsi-fungsi tertentu berbagai benda.
Ibnu Tufail akhirnya berpaling kepada
disiplin jiwa yang membawa kepada ekstase, sumber tertinggi pengetahuan. Dalam
taraf ini, kebenaran tidak lagi dicapai lewat proses deduksi atau induksi,
melainkan secara langsung dan intuitif lewat cahaya yang ada didalamnya. Jiwa
menjadi sadar diri dan mengalami apa yang tak pernah dilihat mata, didengar
telinga, atau dirasa oleh hati.
Etika
Bukan kebahagiaan duniawi, melainkan
penyatuan sepenuhnya dengan Tuhanlah yang merupakan "summum bukmun"
(kebaikan tertinggi) etika. Perwujudannya setelah pengembangan akal induktif
dan deduktif.
Menurut de Boer manusia merupakan
perpaduan suatu tubuh jiwa hewani dan esensi non-bendawi, dengan demikian
menggambarkan binatang, angkasa, dan Tuhan. Karena itulah pendakian jiwanya
terletak pada pemuasan ketiga aspek tersebut. Pertama, ia terikat untuk
memenuhi kebutuhan tubuhnya serta menjaganya dari cuaca buruk dan binatang
buas. Kedua, menuntut darinya kebersihan pakaian dan tubuh, kebaikan terhadap
objek-objek hidup dan tak hidup. Ketiga, yaitu pengetahuan, kekuasaan,
kebijaksanaan, kebebasan dari keinginan jasmaniah, dll.
Filsafat dan Agama
Filsafat merupakan suatu pemahaman akal
secara murni atas kebenaran dalam kosep-konsep dan imajinasi yang sesungguhnya,
serta tak dapat dijangkau oleh cara-cara pengungkapan konvensional. Dunia
angkasa yang abstrak dan non-bendawi tidak dapat dijangkau, bila ia dilukiskan
dengan lambang-lambang bendawi maka ia akan kehilangan esensinya, dan bisa jadi
orang-orang menganggapnya tidak sebagaimana seharusnya.
Agama diperuntukkan bagi semua orang;
tetapi filsafat hanya bagi orang-orang berbakat yang sedikit jumlahnya.
Filsafat harus difahami secara bersamaan dengan agama. Keduanya membawa kepada
kebenaran yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Mereka berbeda bukan
hanya dalam metode dan lingkup, tapi juga dalam taraf rahmat yang mereka
anugerahkan kepada para pengikut setia mereka.
Agama melukiskan dunia atas dengan
lambang-labang eksoteris. Dia penuh dengan perbandingan, persamaan, dan gagasan-gagasan
antropomorfis, sehingga akan lebih mudah difahami oleh orang lain, mengisi jiwa
dengan hasrat dan menarik mereka kepada kebajikan dan moralitas.
Filsafat dilain pihak merupkan bagian
dari kebenaran esoteris. Ia berupaya menafsirkan lambang-lambang agama tentang
konsep-konsep imaji murni yang berpuncak pada suatu keadaan yang didalamnya
terdapat esensi ketuhanan dan pengetahuannya menjadi satu. Persepsi rasa,
nalar, dan intuisi merupakan dasar-dasar pengetahuan filsafat. Para nabi pun
memiliki intuisi, sumber utama pengetahuan mereka adalah wahyu Tuhan.
Pengetahuan nabi didapat secara langsung dan pribadi, sedangkan pengetahuan
para pengikutnya didapat dari wasiat.
Pengaruh
Diantara karya Ibnu Tufail, hanya
Risalah Hayy ibn Yaqzan sajalah yang masih ada sampai sekarang. Karya tersebut
merupakan suatu roman filsafat pendek, tetapi pengaruhnya sangat besar terhadap
generasi berikutnya sehingga karya tersebut dianggap sebagai salah satu buku
paling mengagumkan dari zaman pertengahan.
Mengenai metodenya, ia bersifat
filosofis sekaligus mistis. Ia menyatukan kesenangan dan kebenaran dengan jalan
menggunakan imajinasi dan intuisi untuk membantu akal, dan daya tarik khusus
inilah yang menjadikannya termasyhur dan mendorong orang untuk menerjemahkannya
kedalam bahasa-bahasa lainnya. Bahkan sampai sekarang minat dunia terhadap
karyanya belum hilang. Edisi bahasa Arab baru-baru ini dari Ahmad Amin, yang
diikuti terjemahan bahasa Parsi dan Urdu pada dasawarsa yang sama, cukup
menjadi bukti bahwa karya Ibnu Tufail tak kalah memikat bagi dunia modern,
sebagaimana ia memikat dunia pada zaman pertengahan.
Referensi:
-
Azis’s blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar